Ntvnews.id, Rabat - Pengadilan di Maroko pada Selasa, 4 November 2025, menjatuhkan hukuman lima tahun penjara kepada seorang pria bernama Nabil Moafik atas kasus perdagangan manusia. Putusan ini menjadi yang pertama di Maroko yang menjerat seseorang karena menipu warga negaranya sendiri untuk bekerja di kamp penipuan di Asia.
Dilansir dari Anadolu, Kamis, 6 November 2025, Kasus ini mencuat setelah terungkap bahwa sejumlah warga muda Maroko tertipu oleh tawaran pekerjaan daring bergaji tinggi di Thailand. Namun, setelah tiba di sana, mereka justru diperdagangkan ke Myanmar dan dipaksa bekerja di pusat penipuan daring yang berjarak sekitar 15.000 kilometer dari Maroko.
Para korban mengaku mengalami penyiksaan dan perlakuan tidak manusiawi, bahkan beberapa di antaranya harus membayar tebusan dalam bentuk mata uang kripto untuk memperoleh kebebasan.
Baca Juga: KBRI Yangon: 144 WNI Jadi Korban TPPO di Myanmar
Dalam persidangan di Casablanca, Moafik membantah seluruh tuduhan yang dialamatkan kepadanya. Ia menegaskan bahwa perdagangan manusia merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan yang tidak mungkin ia lakukan.
Ia berdalih hanya bertindak sebagai perantara kerja dan mengaku menerima bayaran antara 21 hingga 107 dolar AS untuk setiap orang yang berhasil ia rekrut.
Bendera Myanmar (Pixabay)
“Saya tidak tahu bahwa semua ini akan terjadi,” ucap Moafik di hadapan hakim, seperti dikutip dari Anadolu, Kamis, 6 November 2025.
Baca Juga: Ratusan Orang Kabur dari Pusat Penipuan di Myanmar ke Thailand Usai Penggerebekan Militer
Jaksa menuduh Moafik memiliki peran sentral dalam jaringan perdagangan manusia tersebut. Ia disebut mengelola grup Facebook yang awalnya bertujuan membantu imigran Maroko di Turki, tetapi kemudian digunakan untuk menawarkan pekerjaan palsu di pusat panggilan di Thailand.
Seorang korban bernama Youssef Amzouz bersaksi bahwa dirinya dijebak oleh Moafik. Ia kemudian diminta membayar tebusan atau merekrut 100 orang lain agar bisa dibebaskan.
Menurut Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), kasus seperti ini kerap sulit diusut karena beberapa perantara tidak menyadari keterlibatan mereka dalam praktik perdagangan manusia lintas negara.
Sementara itu, media lokal Hespress melaporkan bahwa Kementerian Luar Negeri Maroko telah membantu memulangkan 34 warganya dari kamp penipuan di Myanmar. Namun hingga kini, belum ada data resmi mengenai total jumlah warga Maroko yang menjadi korban dalam jaringan tersebut.
Ilustrasi Penjara