Presiden Lebanon Perintahkan Militer Balas Serangan Israel

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 31 Okt 2025, 07:25
thumbnail-author
Naurah Faticha
Penulis
thumbnail-author
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Arsip - Prajurit dari Pasukan Sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa di Lebanon (UNIFIL) menghadiri upacara peringatan Hari Internasional Pasukan Penjaga Perdamaian PBB di Naqoura, Lebanon, 29 Mei 2025. (Xinhua/Ali Hashisho) Arsip - Prajurit dari Pasukan Sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa di Lebanon (UNIFIL) menghadiri upacara peringatan Hari Internasional Pasukan Penjaga Perdamaian PBB di Naqoura, Lebanon, 29 Mei 2025. (Xinhua/Ali Hashisho) (Antara)

Ntvnews.id, Beirut/Istanbul - Presiden Lebanon, Joseph Aoun, Kamis, 30 Oktober 2025, memerintahkan militer untuk membalas setiap serangan atau upaya pasukan Israel memasuki wilayah selatan Lebanon yang telah dibebaskan.

Perintah ini menjadi arahan pertama sejak gencatan senjata diterapkan pada akhir 2024, menurut laporan media lokal.

Langkah itu muncul setelah pasukan Israel menyerbu gedung balai kota di Blida, Lebanon selatan, Rabu malam, menewaskan seorang pejabat pemerintah setempat.

Kantor berita nasional Lebanon (NNA) melaporkan bahwa Presiden Aoun mengecam serangan tersebut dan menyebutnya sebagai “bagian dari pola agresi Israel yang terus berlanjut.”

Dalam pertemuan dengan Panglima Angkatan Darat, Jenderal Rudolph Haykal, di Istana Baabda, Beirut, Aoun menekankan bahwa serangan itu terjadi hanya sehari setelah pertemuan komite pengawas gencatan senjata.

Baca Juga: UNIFIL Kecam Serangan Israel yang Langgar Kedaulatan Lebanon

Ia menegaskan bahwa komite tersebut “tidak boleh hanya mencatat insiden, tetapi harus bertindak untuk menghentikannya dengan menekan Israel agar menghormati perjanjian gencatan senjata November dan menghentikan pelanggaran terhadap kedaulatan Lebanon.”

Militer Israel mengklaim bahwa gedung balai kota Blida baru-baru ini digunakan untuk aktivitas Hizbullah dengan kedok fasilitas sipil. Sementara itu, Hizbullah mengecam keras serangan tersebut dan memuji keputusan Presiden Aoun, sambil berjanji mendukung penuh pihak militer untuk memperkuat kemampuan pertahanannya.

Hizbullah juga meminta pemerintah untuk “mengambil langkah berbeda dari yang dilakukan selama 11 bulan terakhir dan menunaikan tanggung jawabnya dengan menyusun rencana politik dan diplomatik guna menghentikan serangan serta melindungi warga dan kepentingan Lebanon.”

Baca Juga: Netanyahu Tegaskan Israel Tak Perlu Izin untuk Serang Gaza dan Lebanon

Pada Agustus lalu, pemerintah Lebanon menyetujui rencana untuk menempatkan seluruh senjata di bawah kendali negara. Namun, Hizbullah menolak kebijakan tersebut dan menegaskan akan tetap mempertahankan persenjataannya hingga Israel menarik diri sepenuhnya dari lima pos perbatasan yang masih didudukinya di selatan Lebanon.

Sejak Oktober 2023, serangan Israel ke Lebanon telah menewaskan lebih dari 4.000 orang dan melukai hampir 17.000 lainnya. Awalnya berskala terbatas, serangan tersebut berkembang menjadi ofensif penuh pada September 2024.

Gencatan senjata antara Hizbullah dan Israel dicapai pada November 2024. Berdasarkan kesepakatan, pasukan Israel seharusnya menarik diri sepenuhnya dari Lebanon selatan pada Januari tahun ini. Namun hingga kini, Israel hanya melakukan penarikan sebagian dan masih mempertahankan kehadiran militernya di lima pos perbatasan.

(Sumber: Antara)

TERKINI

Load More
x|close