Ntvnews.id, Mesir - Hotel mewah direncanakan dibangun di Gunung Sinai, Mesir. Padahal, lokasi itu diyakini umat Islam sebagai tempat Nabi Musa menerima wahyu dari Allah SWT.
Rencananya, wilayah tersebut akan disulap menjadi resor mewah, lengkap dengan pusat perbelanjaan sampai kereta gantung. Mesir menyebut proyek ini sebagai masterpiece bernilai miliaran dolar. Proyek dianggap sejalan dengan visi Presiden Abdel Fattah El-Sisi, guna menjadikan kawasan ini destinasi global.
Melalui program bertajuk Great Transfiguration Project, kawasan pegunungan Sinai bakal dipenuhi hotel mewah, restoran, vila premium, pusat perbelanjaan, sampai kereta gantung. Selain itu, fasilitas bandara di sekitar lokasi pun tengah diperluas. Rencana ini memicu kekhawatiran akan hilangnya nilai spiritual dan warisan budaya di gunung itu.
Baca Juga: Artefak Kuno Hilang dari Makam Tersegel, Mesir Luncurkan Investigasi
Diketahui, banyak referensi ke Gunung Sinai yang ditemukan dalam Al-Quran. Bukan cuma kitab suci umat Islam, pada Alkitab juga disebutkan bahwa di lokasi itulah Tuhan berbicara kepada nabi dari semak yang terbakar.
Gunung Sinai juga merupakan rumah bagi Biara St. Catherine yang berdiri sejak abad ke-6. Tempat ibadah itu menjadi biara Kristen tertua yang masih aktif di dunia.
Pembangunan tersebut menimbulkan gejolak di kalangan masyarakat lokal, terutama komunitas Bedouin Jebeleya. Sejumlah rumah serta eco-camp wisata yang dikelola warga dihancurkan. Bahkan, warga setempat terpaksa memindahkan makam keluarganya guna memberi ruang bagi lahan parkir baru.
Ben Hoffler, penulis perjalanan asal Inggris yang lama bekerja dengan suku Bedouin di Sinai, menganggap proyek ini bersifat top-down serta mengabaikan suara masyarakat.
"Sebuah dunia baru sedang dibangun di sekitar suku nomaden yang sejak lama memilih hidup terpisah. Itu dunia yang tidak mereka setujui dan akan mengubah tempat tinggal mereka selamanya," ujarnya, dikutip Selasa, 7 Oktober 2025.
Gunung Sinai dan Biara St. Catherine sendiri masuk dalam daftar Warisan Dunia UNESCO. Karenanya, organisasi World Heritage Watch dalam surat terbuka pada Juli lalu, mendesak UNESCO bertindak tegas.
Mengutip BBC dan The Independent, Ketua World Heritage Watch, Stephan Doempke, memandang Mesir telah memberi informasi yang tidak konsisten. Ia juga menyebut bahwa ketenangan kawasan itu ialah nilai utama yang harus dilestarikan.