Ini Kendala Evakuasi Korban Ponpes Ambruk Al-Khoziny

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 4 Okt 2025, 22:35
thumbnail-author
Moh. Rizky
Penulis
thumbnail-author
Ramses Manurung
Editor
Bagikan
Proses evakuasi korban Ponpes Al-Khoziny yang ambruk. Proses evakuasi korban Ponpes Al-Khoziny yang ambruk. (PPID Brimob)

Ntvnews.id, Jakarta - Hingga hari keenam evakuasi korban ambruknya musala di Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Khoziny terus dilakukan. Tim SAR gabungan tetap difokuskan untuk mencari dan evakuasi jenazah korban yang masih terjebak di bawah reruntuhan.

"Penanganan darurat tetap difokuskan untuk mencari dan evakuasi jenazah korban yang masih terjebak di bawah reruntuhan. Upaya pencarian dilakukan melalui kombinasi metode manual dan dukungan peralatan berat," ujar Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen Suharyanto, Sabtu, 4 Oktober 2025.

Menurut dia, sejak Jumat, 3 Oktober 2025 malam hingga hari ini, tim gabungan mengoptimalkan pembersihan beton dan puing reruntuhan bangunan. Ini dilakukan guna membuka akses lebih luas dan lebih aman terhadap area yang diduga terdapat mayat korban.

Menurut Suharyanto, tantangan besar yang dihadapi adalah tebalnya tumpukan material beton. Hal tersebut memperlambat akses menuju titik yang diduga terdapat korban.

"Sebagai solusi, alat berat diterjunkan dengan pengendalian ketat para personel gabungan yang terdiri dari 400 orang lebih untuk memastikan keselamatan tim lapangan selama 24 jam dengan pola tiga shift secara bergantian," papar Suharyanto.

Ia memastikan proses evakuasi tak kekurangan personel. Sebab, pihaknya kedatangan ratusan personel dengan tiga pembagian waktu pekerjaan secara profesional.

Lebih lanjut, jenazah korban yang berhasil dievakuasi langsung dibawa ke posko Disaster Victim Identification (DVI) meski menghadapi berbagai kendala akibat kondisi korban.

"Proses DVI di musala Al Khoziny menghadapi kendala karena sebagian besar korban masih berusia anak-anak dan remaja sehingga belum memiliki KTP atau dokumen identitas resmi. Tim identifikasi banyak berpatokan pada data sekunder seperti ijazah, catatan sidik jari dari dokumen pendidikan, hingga pakaian terakhir yang dikenakan korban," papar dia.

Guna mengatasi keterbatasan ini, solusi lain yang dilakukan adalah pengumpulan data ante mortem dari keluarga, seperti ciri fisik khusus, tanda lahir, kondisi gigi, atau rekam kesehatan yang pernah dimiliki.

Lalu, tim juga menggunakan metode pencocokan forensik, termasuk pemeriksaan DNA jika diperlukan, untuk memastikan akurasi identitas.

"Dengan pendekatan ini, proses identifikasi tetap dapat berjalan tanpa memerlukan waktu yang lama, meski menghadapi keterbatasan dokumen kependudukan pada korban," jelas dia.

Ia meminta kepada stakeholder terkait untuk membuka posko terpadu sebagai pusat informasi resmi untuk pelaporan dan pengaduan bagi keluarga korban.

Posko ini memfasilitasi keluarga untuk melaporkan anggota yang masih hilang sekaligus memperoleh perkembangan terbaru terkait operasi penyelamatan.

"Saya minta Pak Dandim, Pak Kapolres dan unsur pemerintah daerah semua melayani apa yang menjadi pertanyaan masyarakat. Tim konselor dari Polri, Dinas Sosial dan relawan memberikan dukungan psikososial bagi keluarga korban, khususnya bagi mereka yang menunggu proses evakuasi dan identifikasi, agar tetap kuat menghadapi situasi yang penuh duka," papar dia.

BNPB bersama Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur juga akan segera menambah tenda khusus bagi keluarga korban, dilengkapi fasilitas dasar seperti tempat istirahat, layanan medis dan konsumsi di Rumah Sakit Bhayangkara.

"Saya berharap proses identifikasi dengan metode DVI dan keperluan lain yang berhubungan dengan jenazah korban dapat lebih cepat dilaksanakan dengan anggota keluarganya," ujarnya.

Menurut Suharyanto, pendampingan dan dukungan kepada keluarga korban ini diharapkan dapat mengoptimalkan tim SAR dalam melaksanakan tugasnya dengan baik.

"Nanti di sana (RS Bhayangkara) keluarga korban lebih nyaman. Nanti disiapkan logistik dan peralatannya. Kalau disini kita yang penting bisa bekerja dengan sebaik-baiknya. Untuk keluarga yang kehilangan korban ini kita siapkan kebutuhannya secara maksimal," paparnya.

Ia mengungkapkan mengenai ketersediaan logistik dan peralatan akan terus dipenuhi baik bantuan makanan siap saji, air bersih, perlengkapan SAR, hingga kebutuhan kesehatan disalurkan sesuai kebutuhan lapangan, baik bagi keluarga korban maupun seluruh personel yang bertugas.

"Jangan semua kebutuhan ini terabaikan. Ini menjadi satu bagian dari operasi secara keseluruhan dalam penanggulangan bencana," tuturnya.

Suharyanto memberikan apresiasi seluruh tim yang terlibat dalam upaya percepatan penanganan darurat insiden musala Al Khoziny.

Menurut Kepala BNPB, semua aspek yang menjadi prioritas dalam penanganan ini semakin menujukkan hasil yang positif, mulai dari operasi SAR hingga pemenuhan hak bagi keluarga korban.

"Penanganan darurat ini bukan hanya tentang pencarian korban, tetapi juga memastikan keluarga mendapatkan pendampingan dan hak mereka terpenuhi. Semua unsur bekerja bersama-sama tanpa mengenal lelah," tandas Suharyanto.

x|close