Hampir 100 Orang Ditangkap dalam Gelombang Protes di Prancis

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 19 Sep 2025, 06:05
thumbnail-author
Deddy Setiawan
Penulis
thumbnail-author
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Jalanan diblokade dengan tong sampah saat terjadi aksi unjuk rasa di Paris, Prancis, Rabu, 10 September 2025. Aksi tersebut merupakan bagian dari gerakan protes Jalanan diblokade dengan tong sampah saat terjadi aksi unjuk rasa di Paris, Prancis, Rabu, 10 September 2025. Aksi tersebut merupakan bagian dari gerakan protes (ANTARA)

Ntvnews.id, Paris - Jumlah penangkapan selama aksi mogok dan unjuk rasa di seluruh Prancis melonjak menjadi hampir 100 orang hanya dalam waktu lima jam pada Kamis, 19 September 2025, menurut laporan lembaga penyiaran BFM TV.

Dilansir dari AFP, Jumat, 19 September 2025, hingga saat ini, tercatat 99 orang ditangkap di berbagai wilayah, termasuk 15 di Paris. Angka ini meningkat tajam dari 30 penangkapan pada Kamis dini hari ketika sejumlah serikat pekerja memimpin aksi protes.

Bentrok juga pecah di Lyon, mengakibatkan seorang jurnalis dan seorang polisi terluka setelah polisi menjadi sasaran tembakan mortir dan proyektil. Sekitar 50 pengunjuk rasa sempat masuk ke kompleks Kementerian Ekonomi sebelum meninggalkannya beberapa menit kemudian.

Sekretaris Jenderal Serikat Buruh CGT, Sophie Binet, menyebut mobilisasi ini "sudah berhasil," dengan jumlah peserta mencapai lebih dari 400 ribu orang.

Baca Juga: Serikat Pekerja Prancis Gelar Aksi Mogok Nasional Tolak Penghematan

Menurut data Kementerian Pendidikan, 23 sekolah ditutup total, 52 lainnya mengalami blokade sebagian, sementara sekitar 17 persen guru ikut mogok. Pihak berwenang juga melaporkan kehadiran 13 ribu demonstran di Marseille dan 20 ribu di Lyon pada siang hari.

Menteri Dalam Negeri Bruno Retailleau mengatakan bahwa blokade "tidak seintens yang diperkirakan pada pagi harinya." Ia menambahkan mobilisasi dilakukan serikat pekerja besar sebagai respons terhadap usulan anggaran kontroversial dari mantan Perdana Menteri Francois Bayrou.

Retailleau sebelumnya memperkirakan protes "sangat, sangat besar" akan meluas ke berbagai sektor, mulai dari layanan publik, pendidikan, transportasi, pertanian, industri, hingga hiburan. Untuk mengamankan aksi, lebih dari 80 ribu aparat polisi dan polisi militer dikerahkan, dilengkapi dengan kendaraan lapis baja, drone, dan meriam air.

Baca Juga: Dentum Pemakzulan Presiden Prancis Macron Semakin Ramai

Dalam langkah yang tak terlihat sejak protes Rompi Kuning, pemerintah Prancis juga mengerahkan 24 kendaraan lapis baja Centaure dan sekitar sepuluh peluncur air. Sekitar 40 aksi protes terjadwal di seluruh negeri dengan perkiraan partisipasi hingga 800 ribu orang.

Aksi ini merupakan lanjutan dari gerakan massa “Block Everything” pekan lalu yang melibatkan hampir 197 ribu orang.

Di balik gelombang protes tersebut, Prancis kini menghadapi ketegangan politik setelah Bayrou kalah dalam mosi tidak percaya pada 8 September. Bayrou sebelumnya memperkenalkan kerangka anggaran 2026 dengan target penghematan 44 miliar euro (Rp859 triliun) guna menekan utang publik yang mencapai 113 persen dari PDB.

Presiden Emmanuel Macron kemudian menunjuk Menteri Angkatan Bersenjata Sebastien Lecornu sebagai perdana menteri baru untuk menggalang dukungan politik sebelum membentuk pemerintahan. Negosiasi anggaran pun menjadi isu utama, terlebih setelah kegagalan kesepakatan anggaran 2025 tahun lalu menjatuhkan pemerintahan Michel Barnier akibat mosi tidak percaya.

x|close