Ntvnews.id, Paris - Ribuan guru, masinis, apoteker, hingga tenaga medis rumah sakit di Prancis melakukan aksi mogok pada Kamis, 18 September 2025. Para pelajar juga ikut memblokir sejumlah sekolah menengah atas dalam rangkaian protes satu hari penuh menentang rencana pemotongan anggaran pemerintah.
Dilansir dari Reuters, serikat pekerja menuntut agar kebijakan fiskal sebelumnya dibatalkan. Mereka juga meminta peningkatan anggaran untuk layanan publik, kenaikan pajak bagi kalangan kaya, serta pembatalan kebijakan pensiun baru yang membuat warga harus bekerja lebih lama.
Di ibu kota, sebagian besar jalur metro terhenti hampir sepanjang hari, kecuali saat jam sibuk. Beberapa kelompok siswa terlihat memblokade pintu masuk sekolah.
Sebuah spanduk di depan SMA Lycée Maurice Ravel Paris bertuliskan: “Blokir sekolah menengah atasmu melawan penghematan.” Aksi ini turut dihadiri guru serta perwakilan serikat pekerja.
"Para pekerja saat ini sangat dibenci oleh pemerintah ini dan oleh (Presiden Emmanuel) Macron sehingga, pada kenyataannya, hal ini tidak dapat terus berlanjut," ujar Fred, sopir bus sekaligus perwakilan serikat CGT, di lokasi demonstrasi.
Guru berusia 33 tahun, Gaetan Legay, juga menyuarakan penolakannya:
"Saya di sini untuk membela layanan publik, khususnya, untuk menuntut agar uang publik dikembalikan ke layanan publik ... alih-alih ke perusahaan besar atau dalam bentuk hadiah pajak kepada kaum ultra kaya."
Baca Juga: Ribuan Karyawan Boeing Mogok Kerja, Ada Apa?
Presiden Emmanuel Macron bersama Perdana Menteri baru, Sebastien Lecornu, kini menghadapi tekanan dari parlemen terkait ancaman pemotongan anggaran, juga dari investor yang resah dengan tingginya defisit negara terbesar kedua zona euro itu.
Gelombang Ketidakpuasan atas Rencana Fiskal
Kementerian Dalam Negeri memperkirakan hingga 800.000 orang ikut serta dalam mogok dan aksi protes tersebut. Dalam pernyataan bersama, serikat pekerja terbesar Prancis menegaskan bahwa:
"Para pekerja yang kami wakili marah," sembari mengecam rencana fiskal pemerintah sebelumnya yang dianggap "brutal" dan "tidak adil."
Defisit anggaran Prancis tahun lalu hampir dua kali lipat dari batas 3% yang ditetapkan Uni Eropa. Meskipun Lecornu berencana menguranginya, posisinya cukup rapuh karena bergantung pada dukungan partai lain untuk meloloskan anggaran 2026 di parlemen.
Perdana menteri sebelumnya, Francois Bayrou, digulingkan pekan lalu usai parlemen menolak proposalnya memangkas belanja publik sebesar 44 miliar euro. Lecornu belum memastikan langkah apa yang akan diambil terhadap rencana tersebut, meski memberi sinyal terbuka untuk kompromi.
Baca Juga: PT Yihong Novatex PHK 1.126 Karyawan Usai Mogok Kerja Selama 4 Hari
Dampak Mogok Meluas ke Transportasi, Pendidikan, hingga Energi
Serikat FSU-SNUipp menyebut sekitar sepertiga guru sekolah dasar mogok di seluruh negeri, sementara di Paris jumlahnya hampir separuh. Layanan kereta regional ikut terganggu, walaupun sebagian besar jalur kereta cepat TGV tetap berjalan, menurut pejabat terkait.
Di wilayah tenggara, para pengunjuk rasa memperlambat arus kendaraan di jalan tol dekat kota Toulon. Di sektor energi, perusahaan listrik EDF melaporkan produksi nuklir turun 1,1 gigawatt pada Kamis pagi, menyusul aksi pengurangan daya di reaktor Flamanville 1.
Aksi juga mendapat dukungan Konfederasi Paysanne, serikat petani Prancis. Sementara itu, para apoteker memprotes perubahan aturan yang memengaruhi usaha mereka. Serikat USPO bahkan menyebut, berdasarkan survei internal, 98% apotek berpotensi tutup pada hari mogok.
Menteri Dalam Negeri Bruno Retailleau mengatakan sejumlah blokade, termasuk di depan depo bus wilayah Paris, berhasil dibubarkan polisi pada Kamis pagi. Ia juga memperingatkan potensi kehadiran sekitar 8.000 pengacau yang dikhawatirkan memicu bentrokan dengan aparat.
Pemerintah menurunkan 80.000 polisi dan gendarmerie sepanjang hari. Aparat antihuru-hara, drone, serta kendaraan lapis baja turut dikerahkan. Polisi melaporkan lebih dari 20 orang ditangkap di berbagai lokasi.
Dampak mogok juga merembet ke agenda budaya: rencana pemindahan Permadani Bayeux sepanjang 70 meter—mahakarya abad pertengahan yang menggambarkan invasi Norman tahun 1066—ditunda. Permadani tersebut sebelumnya dijadwalkan dipinjamkan ke Inggris, kata prefektur setempat.