Ntvnews.id, Washington DC - Presiden Amerika Serikat Donald Trump berencana menggelar pertemuan trilateral dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky paling cepat pada 22 Agustus 2025.
Dilansir dari Axios, Senin, 18 Agustus 2025, usai pertemuan puncaknya dengan Putin di Alaska pada Jumat lalu tatap muka pertama sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022 Trump menyampaikan kepada sejumlah pemimpin Eropa melalui telepon bahwa ia ingin mengatur pertemuan lanjutan bersama Putin dan Zelensky.
Pertemuan itu disebut akan berlangsung di Washington, dengan Trump dijadwalkan menemui Zelensky di Gedung Putih. Namun, Putin belum mengonfirmasi secara terbuka kehadirannya.
Dalam konferensi pers usai pertemuan Alaska, Putin menyebut dirinya dan Trump telah mencapai “pemahaman,” sementara Trump menilai ada “kemajuan,” meski belum tercapai kesepakatan akhir untuk mengakhiri perang.
Baca Juga: Putin-Trump Gelar Pertemuan Jumat, Apa yang Dibahas?
Trump juga mengumumkan perubahan strategi besar: alih-alih terus mendorong gencatan senjata, ia kini mengedepankan tercapainya perjanjian damai permanen. Menurutnya, gencatan senjata sering kali hanya bersifat sementara.
Langkah ini dipandang memperumit situasi oleh Zelensky. Ia menilai, jika Rusia bahkan tidak bersedia menghentikan serangan sementara, maka sulit membayangkan Moskow benar-benar berkomitmen pada perdamaian jangka panjang.
Baca Juga: Trump Bakal Pindahkan Gelandangan dari Washington DC
Sementara itu, para pemimpin Prancis, Inggris, dan Jerman mengagendakan panggilan video pada Minggu dalam format “koalisi sukarela” untuk membahas tindak lanjut. Mereka mendukung rencana KTT trilateral, namun tetap menegaskan sanksi dan tekanan terhadap Rusia akan berlanjut sampai ada gencatan senjata nyata.
Di medan perang, militer Ukraina melaporkan bahwa Rusia meluncurkan 85 drone serang dan sebuah rudal balistik pada Sabtu malam.
Dari Moskow, Putin menyebut pertemuannya dengan Trump “tepat waktu” dan “sangat bermanfaat,” sembari memperingatkan Ukraina serta negara-negara Eropa agar tidak melakukan manuver politik yang bisa mengganggu apa yang ia klaim sebagai awal dari kemajuan.