AS-China Berdebat Sengit di DK PBB

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 13 Agu 2025, 03:02
thumbnail-author
Deddy Setiawan
Penulis
thumbnail-author
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Ilustrasi - Bendera PBB. Ilustrasi - Bendera PBB. (ANTARA/Anadolu)

Ntvnews.id, New York - Dewan Keamanan PBB menyaksikan perdebatan panas antara Amerika Serikat (AS) dan China (Tiongkok) terkait keamanan maritim, yang diwarnai saling tuduh dan kritik tajam.

Dalam forum tersebut, Duta Besar AS untuk PBB, Dorothy Shea, menegaskan bahwa Terusan Panama merupakan salah satu jalur perdagangan dan keamanan ekonomi terbesar di dunia. Ia menyoroti hubungan bilateral yang erat dengan kawasan Amerika Tengah, khususnya di sektor keamanan maritim.

Dilansir dari Anadolu Agency, Rabu, 13 Agustus 2025, Shea memuji peningkatan kewaspadaan Panama dalam menghadapi ancaman siber maritim. Ia juga menyampaikan kekhawatiran terhadap pengaruh Tiongkok di wilayah Terusan Panama, terutama pada fasilitas dan operasi pelabuhan.

Baca Juga: Puan Desak PBB Segera Akhiri Bencana Kemanusiaan di Gaza

Menurutnya, langkah Tiongkok yang bersifat ekspansif, melanggar hukum, dan agresif merupakan ancaman bagi keamanan serta perdagangan maritim, bukan hanya untuk Panama dan AS, tetapi juga bagi perdagangan dan keamanan global.

Shea menyerukan agar Dewan Keamanan PBB memberi konsekuensi tegas kepada pelanggar sanksi, serta mendorong adanya pembagian beban yang lebih adil dalam menjaga kebebasan navigasi di Laut Merah.

Menanggapi hal tersebut, Duta Besar Tiongkok, Fu Cong, dengan tegas membantah tuduhan yang ia sebut tidak berdasar dan memfitnah Beijing. Ia menegaskan bahwa Tiongkok menghormati kedaulatan Panama dan netralitas permanen Terusan Panama sebagai jalur perairan internasional. Fu menuduh AS memanipulasi kebohongan dan melancarkan serangan tak berdasar demi mengendalikan terusan tersebut.

Baca Juga: Panas! Bupati Pati Nyaris Adu Jotos dengan Warga yang Tolak Kenaikan PBB 250 Persen

Ia juga menuding AS sebagai pihak yang mengganggu perdamaian dan stabilitas di Laut Cina Selatan, dengan menyoroti pengerahan senjata ofensif, latihan militer, dan mentalitas perang dingin hegemonik.

Lebih lanjut, ia mengkritik AS karena menolak meratifikasi Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS) dan "secara sepihak memutuskan untuk mengeksploitasi sumber daya dasar laut internasional", sembari memperingatkan bahwa tindakan Washington "sangat memperburuk risiko terhadap keamanan maritim global".

Menanggapi situasi ini, Presiden Panama, Jose Raul Mulino, menegaskan kembali komitmen negaranya untuk menjaga netralitas terusan dan melaksanakan pengawasan sesuai perjanjian multilateral. Terusan Panama sendiri menghubungkan Samudra Atlantik dan Pasifik melalui wilayah Panama, menjadi salah satu rute vital bagi perdagangan internasional.

x|close