Ntvnews.id, Moskow - Rusia mengkritik keras rencana Israel yang ingin memperluas operasi militernya dan menguasai seluruh Jalur Gaza, memperingatkan bahwa langkah tersebut akan membawa dampak besar bagi stabilitas Timur Tengah.
"Kami yakin bahwa menerapkan rencana semacam itu sangat berisiko karena dapat memperburuk situasi di wilayah pendudukan, dengan konsekuensi negatif yang sangat serius baik bagi keamanan Israel sendiri maupun bagi seluruh kawasan Timur Tengah," ujar Wakil Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Alexey Fadeyev, dikutip dari Anadolu, Jumat, 15 Agustus 2025.
Menurut Fadeyev, meskipun negara-negara mediator telah berupaya, pembicaraan tidak langsung antara Hamas dan otoritas Israel belum menghasilkan kemajuan yang berarti.
Baca Juga: Indonesia Tegas Bantah Lakukan Pembicaraan dengan Israel Soal Evakuasi Gaza
"Prioritas utama kami saat ini adalah mencegah kehancuran total Gaza dan menghindari peningkatan korban sipil. Satu-satunya cara untuk mencapai tujuan ini adalah melalui kesepakatan gencatan senjata yang mendesak," tegasnya.
Ia mendesak kedua pihak segera mencapai solusi bersama dan memulai gencatan senjata jangka panjang, yang akan membuka jalan bagi langkah nyata menuju penyelesaian masalah Palestina berdasarkan kerangka hukum internasional yang mengakui solusi dua negara.
Menanggapi pembunuhan seorang koresponden Al Jazeera oleh militer Israel pada Minggu lalu, Fadeyev menyebut serangan itu sebagai "serangan terang-terangan terhadap kebebasan pers."
"Kami memandang apa yang terjadi sebagai manifestasi lain dari pelanggaran hukum internasional yang dilakukan secara sistematis di wilayah Palestina yang diduduki, sebagai serangan terang-terangan terhadap kebebasan pers. Metode-metode seperti itu dalam menangani mereka yang dianggap Israel sebagai musuh atau bahkan sekadar lawan patut dikutuk sekeras-kerasnya," ucapnya.
Baca Juga: Al Jazeera Kecam Keras Pembunuhan 5 Jurnalisnya oleh Pasukan Israel di Gaza
Fadeyev menambahkan bahwa pembunuhan terhadap pekerja media "telah menjadi kenyataan tragis saat ini," dan berdasarkan data PBB, sejak Oktober 2023 lebih dari 240 jurnalis tewas di Gaza.
"Ini, tentu saja, merupakan sinyal yang sangat tragis dan mengkhawatirkan," tandasnya.
Saat ini, Israel menghadapi tekanan global terkait perang genosida di Gaza yang telah menewaskan hampir 61.600 orang sejak Oktober 2023. Pada November lalu, Mahkamah Pidana Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya, Yoav Gallant, atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Selain itu, Israel juga sedang menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional.