Ntvnews.id, Jakarta - Jaringan media Al Jazeera pada Senin, 11 Agustus 2025 menyampaikan kecaman atas tewasnya lima stafnya yang tewas dalam serangan oleh militer Israel di wilayah Gaza.
Dalam pernyataannya, Al Jazeera menyebut insiden itu sebagai "serangan terang-terangan dan direncanakan dengan sengaja terhadap kebebasan pers."
Mereka menyatakan bahwa insiden tersebut terjadi di tengah situasi kemanusiaan yang semakin memburuk akibat agresi militer Israel.
"Serangan ini terjadi di tengah dampak katastrofe dari serangan Israel yang sedang berlangsung di Gaza, yang telah menyebabkan pembantaian tanpa henti terhadap warga sipil, kelaparan paksa, dan penghancuran seluruh komunitas," tulis Al Jazeera dalam pernyataan mereka yang dikutip Selasa, 12 Agustus 2025.
Mereka juga mendesak pertanggungjawaban dari pihak militer dan pemerintah Israel atas "penargetan dan pembunuhan yang disengaja" terhadap jurnalis mereka.
Al Jazeera menilai tindakan tersebut sebagai bagian dari upaya untuk membungkam peliputan independen terkait kondisi di Gaza. Mereka menyatakan bahwa penyerangan terhadap jurnalisnya merupakan "upaya putus asa untuk membungkam suara-suara yang mengungkap rencana penangkapan dan pendudukan Gaza yang akan datang."
Jaringan itu kemudian menyerukan kepada masyarakat internasional serta lembaga-lembaga terkait agar segera bertindak. Mereka mendorong adanya tindakan nyata untuk menghentikan serangan yang mereka sebut sebagai "genosida yang sedang berlangsung" dan mengakhiri praktik penargetan terhadap awak media.
Al Jazeera melaporkan bahwa kelima jurnalisnya tewas pada Minggu 10 Agustus 2025, setelah tentara Israel menyerang tenda tempat mereka berlindung di dekat Rumah Sakit Al-Shifa, Gaza City. Sementara itu, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyatakan bahwa salah satu dari korban memiliki hubungan dengan kelompok Hamas.
(Sumber: Antara)