Ntvnews.id, London - Inggris membebaskan lebih dari 26.000 narapidana, termasuk sejumlah terpidana dengan hukuman panjang, sebagai bagian dari program keadilan lunak yang bertujuan mengurangi kepadatan penjara.
Dilansir dari Daily Mail , Rabu, 13 Agustus 2025, menyebut data pemerintah, “Di antara mereka yang dibebaskan antara September 2024 dan Maret 2025 terdapat 248 narapidana yang dijatuhi hukuman 14 tahun penjara atau lebih karena melakukan kejahatan berat”.
Mayoritas dari mereka adalah warga negara Inggris, sementara lebih dari 2.600 lainnya merupakan warga negara asing. Skema ini memungkinkan napi dibebaskan setelah menjalani 40% masa hukuman, dengan rata-rata 3.461 napi keluar setiap bulan. Berdasarkan hitungan media tersebut, total pembebasan bisa mencapai 45.000 napi pada akhir tahun pertama program.
Baca Juga: Pemilik Truk Tanki Tinja yang Buang Sembarangan Terancam Penjara 60 Hari dan Denda Rp20 Juta
Masih menurut Daily Mail, beberapa napi mengucapkan terima kasih kepada PM Keir Starmer setelah bebas dan bahkan bersumpah menjadi "pemilih Partai Buruh seumur hidup", meski sebagian melakukan kejahatan baru hanya beberapa jam setelah dibebaskan.
Menanggapi kebijakan ini, juru bicara Kementerian Kehakiman menegaskan bahwa kabinet Partai Buruh "tidak punya pilihan selain mengambil tindakan tegas untuk menghentikan penjara yang penuh sesak dan membuat polisi tidak dapat melakukan penangkapan" akibat warisan masalah dari pemerintahan Konservatif sebelumnya.
"Kami sedang membangun 14.000 tempat penjara dan mereformasi hukuman agar penjara tidak pernah kehabisan ruang lagi". tambahnya.
Baca Juga: Fariz RM Dituntut 6 Tahun Penjara dalam Kasus Narkoba
Sementara itu, juru bicara kehakiman Partai Konservatif, Robert Jenrick, menyebut jumlah napi yang dibebaskan "mengejutkan" dan menilai hal itu menjadi alasan "mengapa Inggris merasa tanpa hukum".
“Publik Inggris muak dengan keadilan yang lunak,” ujar Jenrick kepada Daily Mail. Pemimpin Reform UK, Nigel Farage, sebelumnya mengklaim bahwa tingkat kejahatan di Inggris telah melonjak 50% sejak 1990-an dan negara kini "menghadapi keruntuhan sosial".
Data Kementerian Dalam Negeri menunjukkan, kejahatan dengan senjata tajam di Inggris dan Wales naik 87% dalam sepuluh tahun terakhir, dengan hampir 55.000 kasus pada 2024 saja. Pada Juli lalu, sebuah studi mengungkap bahwa 39% pencurian ponsel di seluruh Eropa kini terjadi di Inggris.