Dominasi Antariksa AS Terancam oleh Perkembangan Teknologi China

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 6 Mei 2025, 12:00
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Penulis & Editor
Bagikan
Bendera China Bendera China (Istimewa)

Ntvnews.id, AS - Dominasi Amerika Serikat di ranah antariksa dinilai kian tergerus oleh laju pesat kemajuan yang ditunjukkan China dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini diungkapkan oleh John Bentivegna, penasihat senior Angkatan Antariksa AS, dalam wawancaranya dengan Asosiasi Angkatan Udara dan Antariksa.

Ia mengakui bahwa meskipun Amerika Serikat masih memegang keunggulan dalam bidang luar angkasa, namun selisih keunggulan tersebut kini menyusut dengan sangat cepat.

"Saya pikir, China sejak 2015 telah menambah 600 persen lebih jumlah aset mereka di orbit, dan separuh lebih dari 1.000 satelit yang mereka punya mampu mengumpulkan data penginderaan intelijen," ujar Bentivegna.

Menurutnya, selain meningkatkan jumlah satelit, China juga memperluas kapabilitasnya dalam bentuk pengembangan senjata orbital terarah dan metode perang elektronik di orbit.

Ia menambahkan bahwa China sudah sejak lama melihat antariksa sebagai domain peperangan, bahkan sebelum Angkatan Antariksa AS resmi dibentuk.

Konsep "superioritas antariksa sebagai layanan," kata Bentivegna, turut memengaruhi cara pandang institusinya dalam menyikapi ruang angkasa, termasuk dalam hal strategi investasi, pengembangan teknologi, serta pelatihan para personel.

"Jadi, ketika Jenderal Whiting berbicara tentang… serangan dari antariksa dan senjata di antariksa… itu benar-benar memperlihatkan soal ancaman yang kita hadapi saat ini," lanjutnya, mengacu pada pernyataan Jenderal Stephen Whiting, Kepala Komando Antariksa AS (USSPACECOM).

Pernyataan tersebut sejalan dengan komentar Whiting pada awal April lalu, yang menegaskan bahwa Amerika membutuhkan keberadaan senjata di orbit guna mencegah konflik. Menurutnya, senjata luar angkasa akan menjadi instrumen vital apabila perseteruan benar-benar terjadi.

Ia mengatakan bahwa dahulu, ide menempatkan senjata di ruang angkasa dianggap sebagai sesuatu yang "tidak terbayangkan", namun kini pencegat berbasis antariksa (space-based interceptors) dipandang sebagai elemen kunci dalam memenangkan persaingan global.

Sementara itu, Kepala Operasi Antariksa AS, Jenderal Chance Saltzman, pada 20 Maret menyampaikan bahwa jika AS harus menghadapi krisis militer di masa depan, maka pemanfaatan aset ruang angkasa tidak bisa dihindari.

Saltzman menuturkan bahwa pembentukan Angkatan Antariksa pada 2019 merupakan respon langsung terhadap kemajuan teknologi militer ruang angkasa yang dicapai oleh Rusia dan China.

Pada Oktober 2024 lalu, laporan media yang mengutip Angkatan Antariksa AS menyebutkan bahwa Negeri Paman Sam merencanakan pengiriman senjata luar angkasa pada 2025. Senjata tersebut dirancang untuk mengganggu sistem satelit milik Rusia dan China.

Kendati demikian, baik China maupun Rusia telah menyuarakan penolakan terhadap militerisasi luar angkasa dan perlombaan senjata, serta menegaskan dukungan mereka terhadap eksplorasi antariksa yang bersifat damai.

(Sumber: Antara)

x|close