Putin Tegaskan Serangan Drone Ukraina ke Kediamannya Tak Akan Dibiarkan Tanpa Balasan

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 30 Des 2025, 11:23
thumbnail-author
Naurah Faticha
Penulis
thumbnail-author
Dedi
Editor
Bagikan
Presiden Rusia Vladimir Putin (President of Rusia) Presiden Rusia Vladimir Putin (President of Rusia)

Ntvnews.id, Rusia - Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan Presiden AS Donald Trump bahwa serangan drone Ukraina terhadap kediamannya di wilayah Novgorod, Rusia barat laut, "tidak akan dibiarkan tanpa balasan."

Peringatan itu disampaikan Putin dalam percakapan telepon dengan Trump, yang juga membahas perkembangan terbaru konflik Ukraina, menurut ajudan Putin, Yuri Ushakov, pada Senin, 29 Desember 2025.

Menurut Ushakov, Trump terlebih dahulu menyampaikan laporan mengenai pertemuannya dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Florida sehari sebelumnya, sementara Putin menyoroti serangan drone Ukraina. Rusia juga menyatakan tetap ingin bekerja sama secara erat dan produktif dengan Amerika Serikat untuk mencari jalan penyelesaian konflik Ukraina.

"Namun, tentu saja, akan ada perubahan posisi Rusia terhadap sejumlah kesepakatan yang dicapai pada tahap sebelumnya dan solusi yang sedang berkembang. Hal ini disampaikan dengan sangat jelas," kata Ushakov.

Baca Juga: Trump Tegaskan Tak Ada Kesepakatan Akhiri Perang Rusia–Ukraina Tanpa Restu AS

Ushakov menambahkan bahwa serangan drone Ukraina itu terjadi "segera setelah" Trump dan Zelenskyy berunding di AS pada Minggu, 28 Desember 2025, seraya menyebut Trump "terkejut, benar-benar marah" atas insiden tersebut. Putin dan Trump sepakat untuk melanjutkan dialog.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menuding Ukraina menyerang kediaman Putin menggunakan 91 drone serang jarak jauh. Lavrov menyatakan Rusia akan meninjau kembali posisinya dalam pembicaraan perdamaian dengan Ukraina menyusul serangan itu, tetapi menegaskan Rusia tidak akan menarik diri dari proses perundingan dengan AS.

Zelenskyy menilai tudingan Rusia tersebut bertujuan untuk "merusak seluruh capaian" upaya diplomatik Ukraina dengan AS. Tuduhan itu juga dianggapnya menjadi justifikasi bagi serangan baru Rusia ke Ukraina, termasuk ke Kiev, dan penolakan Moskow "untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan guna mengakhiri perang."

Baca Juga: Rusia Minta AS Menahan Diri, Ingatkan Risiko Konflik Nuklir Masih Bisa Terjadi

(Sumber: Antara) 

x|close