Ntvnews.id, Welington - Pemerintah Selandia Baru menetapkan sasaran ambisius untuk menghilangkan seluruh populasi kucing liar di negara tersebut pada tahun 2050.
Dilansir CNN Internastional, Selasa, 2 Desember 2025, kebijakan ini dikeluarkan sebagai upaya menjaga keanekaragaman hayati serta menangani ancaman serius terhadap spesies endemik yang hanya hidup di wilayah itu.
Otoritas setempat menegaskan bahwa keberadaan kucing liar semakin membahayakan kelangsungan hidup berbagai satwa asli, termasuk burung, kelelawar, reptil kecil seperti kadal, hingga serangga. Selain mengancam fauna lokal, kucing liar juga berpotensi menyebarkan penyakit dan menimbulkan kerugian ekonomi.
Kucing liar kini resmi dimasukkan ke dalam program Predator Free 2050. Menteri Konservasi Tama Potaka menyampaikan bahwa penambahan ini menempatkan kucing liar sejajar dengan hama lain seperti musang, cerpelai, tikus, dan possum.
Baca Juga: Pramono Larang Perdagangan Daging Anjing dan Kucing diJakarta
Dalam wawancara bersama Radio New Zealand, Potaka menggambarkan kucing liar sebagai stone cold killers atau "pemangsa tanpa belas kasihan".
"Mereka memangsa untuk bertahan hidup," ujarnya. Potaka menjelaskan bahwa yang dimaksud kucing liar adalah kucing yang hidup tanpa ketergantungan pada manusia, berbeda dengan kucing peliharaan yang dirawat pemiliknya.
Kucing (Istimewa)
Pemerintah tengah mempertimbangkan beberapa metode untuk memberantas populasi kucing liar, mulai dari penggunaan umpan sosis beracun hingga pemasangan perangkat otomatis yang menyemprotkan racun dari pohon. Rincian strategi lebih lengkap akan dipaparkan dalam dokumen pembaruan Predator Free 2050 yang direncanakan terbit pada Maret 2026.
Menurut Potaka, pengendalian kucing liar merupakan bagian penting dari pemulihan ekosistem dan peningkatan keanekaragaman hayati di Selandia Baru.
"Untuk meningkatkan keanekaragaman hayati, warisan lanskap, dan menciptakan tempat yang ingin kita lihat, kita harus menyingkirkan beberapa pemangsa ini," katanya dalam pernyataannya. Potaka menambahkan, masyarakat ingin kawasan lindung, garis pantai, dan jalur hutan kembali dipenuhi suara burung, bukan predator invasif.
Baca Juga: Sherina Munaf Kembalikan 5 Kucing Milik Uya Kuya
Data Kementerian Konservasi menunjukkan bahwa kucing liar telah tersebar di seluruh wilayah Aotearoa, termasuk lahan pertanian hingga kawasan hutan, dan memberi tekanan besar terhadap spesies asli.
Salah satu kasus nyata terlihat di dekat kota Ohakune, di mana lebih dari 100 kelelawar berekor pendek ditemukan mati hanya dalam waktu seminggu akibat serangan kucing liar. Satwa liar tersebut juga berkontribusi pada hampir punahnya burung southern dotterel di Pulau Stewart serta penyebaran toksoplasmosis yang membahayakan lumba-lumba, manusia, dan hewan ternak.
Kucing (Istimewa)