Ntvnews.id, Beijing - China (Tiongkok) menegaskan bahwa mereka tidak akan mengizinkan “militerisme Jepang bangkit kembali,” sekaligus meneguhkan komitmennya untuk bekerja sama dengan berbagai pihak dalam mempertahankan konsensus internasional terkait prinsip Satu Tiongkok.
Dilansir daari Xinhua, Rabu, 26 November 2025, dalam dialog strategis perdananya dengan Menteri Luar Negeri Tajikistan, Sirojiddin Muhriddin, yang berlangsung pada Sabtu di Dushanbe, Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi menyampaikan, “Tiongkok tidak akan pernah mengizinkan kekuatan sayap kanan di Jepang memutar balik roda sejarah, maupun membiarkan kekuatan eksternal mencampuri wilayah Taiwan atau memungkinkan kebangkitan militerisme Jepang.”
Wang menuturkan bahwa Beijing akan terus bekerja sama dengan berbagai negara untuk menjaga konsensus global mengenai prinsip satu Tiongkok serta mempertahankan hasil kemenangan Perang Dunia II yang diperoleh dengan pengorbanan besar.
Baca Juga: Jepang Bantah Tudingan China Lewat Surat Resmi ke PBB Soal Isu Taiwan
Ia juga mendesak Tokyo agar “merenungkan secara mendalam kejahatan perang yang dilakukan militerisme” pada Perang Dunia II, serta “mematuhi aturan dan bertindak dengan penuh kehati-hatian serta pengendalian diri dalam isu Taiwan dan isu-isu sejarah.”
Lebih lanjut, Wang menilai pernyataan terbaru pemimpin Jepang sebagai langkah yang melampaui batas.
“Sungguh mengejutkan bagi seorang pemimpin Jepang yang sedang menjabat untuk secara terbuka mengirim sinyal keliru dengan mencoba campur tangan secara militer dalam masalah Taiwan, mengatakan hal yang tidak seharusnya dikatakan dan melewati garis merah yang tidak boleh disentuh,” ujarnya seperti dikutip Anadolu pada Senin, 24 November 2025.
Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi (kanan). (ANTARA)
Ia menegaskan bahwa “Tiongkok harus merespons dengan tegas, bukan hanya untuk menjaga kedaulatan dan integritas wilayahnya, tetapi juga untuk mempertahankan pencapaian pascaperang yang diperoleh melalui darah dan pengorbanan, sekaligus menegakkan keadilan internasional dan nurani kemanusiaan.”
Pernyataan keras dari Beijing ini muncul setelah Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi mengatakan bahwa jika Tiongkok menyerang Taiwan, kondisi tersebut dapat menjadi “situasi yang mengancam kelangsungan hidup” bagi Tokyo sesuai undang-undang keamanan Jepang — sebuah skenario yang dapat membuka jalan bagi Jepang untuk “melaksanakan hak bela diri kolektif.”
Baca Juga: Curhat PM Jepang Ungkap Hanya Tidur 2-4 Jam Sehari
Komentar tersebut disampaikan hanya beberapa hari setelah Takaichi bertemu Presiden Tiongkok Xi Jinping di Korea Selatan pada sela-sela forum APEC awal bulan ini, dan langsung memicu kecaman keras dari Beijing.
Dampaknya, ratusan ribu wisatawan Tiongkok disebutkan membatalkan perjalanan mereka ke Jepang. Tokyo juga melaporkan bahwa Beijing telah memberlakukan larangan impor produk laut dari Jepang.
Selain itu, Tiongkok menunda pertemuan trilateral para menteri kebudayaan dengan Jepang dan Korea Selatan, sebuah keputusan yang kemudian dikritik oleh pihak Tokyo.
Ilustrasi - Bendera China dan Jepang. ANTARA/REUTERS/Dado Ruvic/as. (Antara)