AS Dorong Korea Selatan Operasikan Kapal Selam Nuklir

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 17 Nov 2025, 06:35
thumbnail-author
Deddy Setiawan
Penulis
thumbnail-author
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Kapal Selam Kapal Selam

Ntvnews.id, Waahington D.C - Amerika Serikat (AS) menyampaikan bahwa Korea Selatan diharapkan pada akhirnya mengoperasikan kapal selam bertenaga nuklir yang baru saja mendapat persetujuan dari Washington sebagai bagian dari upaya menahan laju peningkatan kekuatan maritim Tiongkok.

Dilansir dari Yonhap, Senin, 17 November 2025, Hal ini disebut sebagai tanggung jawab yang diharapkan dari salah satu sekutu utama AS, menurut seorang perwira tinggi angkatan laut Amerika.

“Pemanfaatan kapal selam tersebut untuk menghadapi Tiongkok adalah hal yang wajar dengan kemampuan seperti itu,” tutur Laksamana Daryl Caudle, Kepala Operasi Angkatan Laut AS, dalam kunjungannya di Seoul pada 14 November.

Baca Juga: Panglima TNI, KSAL dan Menhan Saksikan Uji Tembak Kapal Selam Otonom Buatan Anak Bangsa

Pernyataan Caudle muncul tidak lama setelah kedua negara merilis dokumen resmi yang menandai persetujuan AS bagi Korea Selatan untuk memulai pembangunan kapal selam bertenaga nuklir.

“Saya pikir akan ada tanggung jawab bagi Korea untuk mengerahkan kapal selam tersebut secara global dan bergerak dari angkatan laut regional menjadi angkatan laut global,” ujar Caudle, seperti dilaporkan The Straits Times pada Minggu, 16 November 2025.

Dukungan tak terduga dari AS ini muncul setelah pertemuan antara Presiden Donald Trump dan Presiden Korea Selatan Lee Jae-myung pada akhir Oktober.

Kapal Selam Scorp&egrave;ne Evolved <b>(Dokumentasi NAVAL Grup)</b> Kapal Selam Scorpène Evolved (Dokumentasi NAVAL Grup)

Walaupun keputusan tersebut dianggap sebagai capaian besar bagi Korea Selatan yang telah lama menginginkan kapal selam bertenaga nuklir pernyataan Laksamana Caudle menggambarkan adanya perbedaan persepsi antara kedua negara terkait tujuan proyek tersebut.

Korea Selatan menyebut bahwa kapal selam nuklir itu akan difokuskan untuk menghadapi ancaman Korea Utara.

Selain itu, kedua pemerintah terlihat belum satu pandangan mengenai lokasi pembangunan, tipe kapal selam yang akan dibuat, hingga kemungkinan AS menerima satu unit kapal selam sebagai bagian dari kesepakatan, menurut sumber yang memahami isu tersebut.

Baca Juga: AS Kirim Kapal Selam Nuklir, Rusia Bilang Begini

Pembangunan kapal selam ini diperkirakan akan memakan waktu bertahun-tahun sebelum dapat beroperasi.

Diskusi mengenai proyek ini juga berlangsung dalam situasi politik yang sensitif bagi Korea Selatan, terutama ketika Presiden Lee berusaha memperbaiki hubungan dengan Tiongkok. Dalam kunjungan Presiden Xi Jinping ke Seoul bulan lalu—kunjungan pertama dalam 11 tahun—Tiongkok menyatakan kesiapan untuk memperdalam komunikasi dan kolaborasi dengan Korea Selatan.

Laksamana Caudle menyebut langkah AS membantu Seoul membangun kapal selam serang bertenaga nuklir sebagai “momen bersejarah” bagi kedua negara, meskipun ia menegaskan bahwa prosesnya “tidak akan cepat”.

Kedua pihak harus mengatasi beragam persoalan teknis dan regulasi, termasuk penyesuaian terhadap perjanjian energi nuklir yang selama ini melarang Korea Selatan menggunakan bahan bakar nuklir untuk militer. Selain itu, terdapat pula potensi hambatan hukum dan kebijakan yang bisa memperlambat realisasi proyek.

Caudle juga menyinggung bahwa kemampuan angkatan laut Korea Utara masih dianggap sebagai ancaman berskala regional dan bukan ancaman langsung terhadap AS. Walaupun Pyongyang berupaya mengembangkan rudal balistik yang dapat diluncurkan dari kapal selam, ia menilai kemampuan tersebut masih “jauh dari kredibel”.

Terkait pengerahan kapal induk USS Gerald R. Ford ke wilayah Amerika Latin, Caudle menegaskan bahwa penugasan tersebut tidak menimbulkan kekhawatiran soal kesiapan militer AS.

Ia menambahkan bahwa armada tersebut tidak ditempatkan melebihi jadwal yang telah direncanakan. “Perpanjangan penugasan memang berat bagi kapal kami. Itu mempengaruhi kesiapan dan pemeliharaannya,” katanya. “Ketika kami menetapkan penugasan tujuh bulan, saya ingin kapal kembali pada titik tujuh bulan, bukan lebih lama.”

x|close