Ntvnews.id, New York - Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) mengungkapkan pada Selasa, 11 November 2025, bahwa Israel terus menghambat pengiriman pasokan penting ke Gaza, termasuk 1,6 juta jarum suntik untuk vaksinasi anak-anak serta botol susu formula bayi.
Kendala ini terjadi di tengah pelaksanaan kampanye vaksinasi massal UNICEF bagi anak-anak di wilayah Gaza, saat gencatan senjata yang rapuh masih berlangsung di daerah yang dilanda konflik tersebut.
Juru Bicara UNICEF, Ricardo Pires, menjelaskan bahwa jarum suntik dan lemari es bertenaga surya untuk penyimpanan vaksin telah tertahan di bea cukai Israel sejak Agustus, menunggu persetujuan resmi.
“Baik jarum suntik maupun lemari es tersebut dianggap sebagai barang ‘dual-use’ oleh Israel, dan barang-barang ini sangat sulit untuk melewati proses persetujuan dan inspeksi, padahal mereka sangat mendesak,” jelas Pires dalam konferensi pers di Jenewa, sebagaimana dikutip dari The Korea Herald, Kamis, 13 November 2025.
Baca Juga: PBB: Israel Masih Batasi Bantuan Kemanusiaan ke Gaza
Badan militer Israel yang mengawasi distribusi bantuan ke Gaza, COGAT, membantah telah menghalangi pengiriman jarum suntik atau peralatan pendingin vaksin.
“Kami mengambil langkah-langkah khusus untuk memastikan Hamas tidak memanfaatkan bantuan tersebut secara sinis untuk memperkuat militernya,” ujar pernyataan resmi COGAT.
Penduduk Palestina berjalan melintasi bangunan-bangunan yang hancur saat kembali ke Khan Younis, di Jalur Gaza selatan, Minggu, 12 Oktober 2025. Kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas berlaku sejak Jumat, 10 Oktober lalu. (ANTARA FOTO/X (Antara)
Sebagai gantinya, COGAT mengklaim telah menawarkan “solusi alternatif”, meski tanpa memberikan rincian lebih lanjut. Pihak otoritas Israel juga menegaskan bahwa ratusan truk bantuan terus memasuki Gaza setiap hari dengan koordinasi PBB.
Baca Juga: Turki Klaim 200 Warga Sipil Terjebak di Terowongan Bawah Tanah Gaza
UNICEF sendiri telah memulai tahap pertama dari tiga putaran vaksinasi penyeimbang pada Minggu, 9 November 2025, yang menargetkan lebih dari 40.000 anak di bawah usia tiga tahun. Anak-anak ini sebelumnya terlewat vaksinasi rutin akibat dua tahun perang.
Meskipun lebih dari 2.400 anak berhasil divaksinasi pada hari pertama, UNICEF menegaskan masih memerlukan tambahan pasokan untuk menyelesaikan seluruh tahap kampanye.
“Kampanye vaksinasi telah dimulai, tetapi kami masih memiliki dua putaran lagi, dan untuk itu kami membutuhkan lebih banyak pasokan,” ujar Pires.
Selain penundaan jarum suntik, Israel juga disebut menolak izin masuk bagi 938.000 botol susu formula bayi siap pakai serta suku cadang untuk truk pengangkut air.
Pires menekankan bahwa jumlah hampir satu juta botol tersebut seharusnya bisa membantu ribuan anak di Gaza yang mengalami berbagai tingkat malnutrisi.
Meski gencatan senjata pada 10 Oktober diharapkan mempermudah penyaluran bantuan, kenyataannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dua juta penduduk Gaza, sebagian besar di antaranya mengungsi dan kekurangan gizi.
Lembaga-lembaga kemanusiaan terus menyoroti kesenjangan besar antara jumlah bantuan yang masuk dan kebutuhan nyata di lapangan, menegaskan bahwa akses kemanusiaan tanpa hambatan mutlak diperlukan guna mencegah bencana kesehatan yang lebih parah di Gaza.
PBB (Istimewa)