Ntvnews.id, New Delhi - Dalam dua hari terakhir, Pakistan dilanda tiga serangan teroris besar yang menargetkan berbagai institusi penting, termasuk lembaga pemerintahan, fasilitas pendidikan militer, dan konvoi pasukan keamanan.
Rangkaian serangan ini menambah daftar panjang kekerasan di negara tersebut, yang masih berjuang menghadapi meningkatnya aktivitas kelompok militan—terutama di wilayah barat laut yang berbatasan langsung dengan Afghanistan.
Dilansir dari Reuters, Rabu, 12 November 2025, serangan paling mematikan terjadi pada Selasa siang, 11 November 2025, ketika seorang pelaku bom bunuh diri meledakkan diri di luar gedung pengadilan distrik Islamabad. Ledakan yang terjadi di dekat kendaraan polisi yang terparkir di gerbang masuk itu menewaskan sedikitnya 12 orang dan melukai 27 lainnya.
Menteri Dalam Negeri Mohsin Naqvi menjelaskan bahwa pelaku “berusaha masuk ke area pengadilan tetapi gagal dan akhirnya meledakkan diri di dekat kendaraan polisi.”
Polisi menemukan potongan kepala pelaku di lokasi kejadian, yang mengonfirmasi bahwa insiden tersebut merupakan serangan bom bunuh diri.
Meskipun belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab, Naqvi menuding adanya keterlibatan “elemen yang didukung India dan proksi Taliban Afghanistan.”
Baca Juga: Upaya Dialog Damai Pakistan–Afghanistan Gagal, Kenapa?
Pada hari yang sama, serangan lain terjadi di daerah Loni, distrik Dera Ismail Khan, provinsi Khyber Pakhtunkhwa, ketika sebuah bom rakitan (IED) meledak dan menghantam konvoi pasukan keamanan. Ledakan tersebut melukai sedikitnya 16 anggota militer dan personel paramiliter Frontier Corps.
Konvoi itu dilaporkan sedang dalam perjalanan kembali dari pos Loni ketika terkena ledakan. Hingga kini, belum ada kelompok yang mengklaim tanggung jawab, namun aparat menyebut wilayah tersebut merupakan daerah rawan aktivitas Tehrik-e-Taliban Pakistan (TTP) dan kelompok afiliasinya.
Kondisi mobil-mobil hancur akibat ledakan di dekat Gerbang No. 1 Stasiun Metro Red Fort di New Delhi, India, Senin 10 November 2025. ANTARA FOTO/Sanjeev Verma/Hindustan Times/rwa. (Antara)
Hanya sehari sebelumnya, pada Senin malam, 10 November 2025, kelompok militan menyerang Cadet College Wana di distrik South Waziristan, Khyber Pakhtunkhwa.
Menurut Inter-Services Public Relations (ISPR), dua pelaku tewas dalam baku tembak setelah menabrakkan kendaraan bermuatan bahan peledak ke gerbang utama kampus dan kemudian menyerbu blok administrasi.
ISPR mengidentifikasi kelompok yang bertanggung jawab sebagai “Fitna al Khawarij,” istilah yang digunakan untuk merujuk pada Tehrik-e-Taliban Pakistan (TTP), dan menegaskan bahwa para penyerang mendapatkan instruksi langsung dari jaringan mereka yang berbasis di Afghanistan.
Perdana Menteri Shehbaz Sharif mengecam serangan tersebut sebagai tindakan pengecut yang berupaya mengulang tragedi seperti pembantaian Army Public School Peshawar tahun 2014, dan menegaskan bahwa pemerintah akan menindak semua pihak yang terlibat.
Gelombang serangan ini semakin memperkuat kekhawatiran akan meningkatnya ancaman militan di Pakistan, terutama setelah runtuhnya gencatan senjata antara pemerintah dan TTP pada akhir 2022.
Baca Juga: Pakistan dan Afghanistan Sepakati Gencatan Senjata Selama 48 Jam
Menteri Pertahanan Khawaja Asif bahkan menegaskan bahwa Pakistan kini “dalam kondisi perang” dan menuding pemerintahan Taliban di Kabul gagal menekan aktivitas kelompok militan lintas batas.
“Afghanistan dapat bertindak untuk menghentikan terorisme di Pakistan, tetapi membawa perang ini ke Islamabad adalah pesan langsung dari Kabul,” ujar Asif dalam pernyataan resminya.
Sementara itu, India juga diguncang oleh ledakan mematikan pada Senin malam, 10 November 2025, ketika sebuah mobil meledak di persimpangan dekat Red Fort, Delhi, menewaskan sedikitnya delapan orang dan melukai sekitar 20 lainnya.
Ledakan terjadi saat kendaraan berhenti di lampu merah dan memicu kebakaran besar yang melalap mobil serta bajaj di sekitarnya. Kepolisian Delhi kini tengah melakukan penyelidikan di bawah undang-undang anti-terorisme, meski belum dapat memastikan apakah peristiwa ini termasuk serangan teroris.
“Para dalang di balik serangan ini tidak akan dibiarkan lolos dari hukuman,” tegas Perdana Menteri Narendra Modi dalam pernyataan resminya.
Ilustrasi perbatasan India dan Pakistan. (Antara)