Gara-Gara Botol Air, Perempuan Gagal Jadi Pramugari

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 10 Nov 2025, 07:13
thumbnail-author
Deddy Setiawan
Penulis
thumbnail-author
Siti Ruqoyah
Editor
Bagikan
Botol di Lautan Botol di Lautan (Oddity Central)

Ntvnews.id, Singapura - Impian seorang perempuan asal China yang ingin menjadi pramugari Singapore Airlines (SIA) harus kandas hanya dalam waktu semalam. Insiden sederhana terkait botol air minum membuat kariernya di maskapai bergengsi itu berakhir sebelum benar-benar dimulai.

Perempuan tersebut menggunakan nama samaran Ke Ke Jiang, dan mengaku sebagai mantan pramugari SIA. Dalam unggahan curhatannya di media sosial yang menandai lokasi di Shanghai, Jiang membagikan kisah pahit yang dialaminya.

Ia memulai dengan mengisahkan kebahagiaan saat diterima bekerja di maskapai impiannya.

“Siapa yang tidak terpesona oleh 'maskapai penerbangan terbaik dunia'?” ujar Jiang, dikutip dari Mothership, Senin, 10 November 2025.

Baca Juga: Hadeh, Pesawat Delay Gegera Pramugari Bertengkar Sengit

Jiang sudah lama bermimpi menjadi pramugari Singapore Airlines. Ia berlatih keras, mulai dari meningkatkan kemampuan bahasa Inggris hingga menguasai etika pelayanan. Bahkan, ia menghafal seluruh panduan kerja maskapai untuk memastikan dirinya siap menghadapi dunia penerbangan.

“Setelah lolos semua tahap seleksi, saya akhirnya diterima sebagai pramugari. Saya sangat senang sampai sulit tidur. Saya langsung mulai menyiapkan rencana pindah ke Singapura,” katanya.

Ilustrasi Pesawat Singapore Airlines <b>(Instagram)</b> Ilustrasi Pesawat Singapore Airlines (Instagram)

Selama satu bulan berikutnya, Jiang disibukkan dengan berbagai persiapan, termasuk urusan administrasi dan vaksinasi wajib. Ia mengeluarkan sekitar SGD 2.500 (Rp 32 juta) untuk sewa tempat tinggal dan SGD 1.500 (Rp 19 juta) untuk vaksinasi.

“Seragam, pengeluaran lain-lain, visa kerja, semuanya total mencapai sekitar 60.000 yuan (SGD 10.900). Setiap kali mengeluarkan uang, aku selalu meyakinkan diri sendiri, ‘Nanti setelah mulai bekerja, aku akan bisa menggantinya’.”

Namun, nasib berkata lain. Setelah menandatangani kontrak, Jiang dan beberapa pramugari asal China ditempatkan di hotel yang disediakan oleh maskapai. Di situlah kesalahan terjadi.

“Malam itu, karena sebuah kesalahpahaman, kami mengira air mineral di executive lounge boleh diambil sendiri. Jadi kami mengambil beberapa botol,” ungkapnya.

Keesokan harinya, mereka dipanggil oleh HRD dan diberi tahu bahwa kontrak kerja mereka dibatalkan karena dianggap telah melakukan “pelanggaran kebijakan perusahaan.”

Baca Juga: Geger Pramugari Meninggal Diduga Karena Kelelahan Bekerja

“Kami benar-benar terkejut. Kami baru menandatangani kontrak sehari sebelumnya. Dan yang disebut ‘pelanggaran’ itu hanyalah mengambil beberapa botol air minum. Tidak ada seorang pun yang memberi tahu kami bahwa kami tidak boleh memasuki executive lounge,” lanjut Jiang.

Menurut Jiang, pihak HRD meminta mereka segera berkemas dan kembali ke negara asal. Semua biaya yang telah dikeluarkan dianggap sebagai urusan pribadi.

“Ketika kami menyebutkan bahwa kami telah mengeluarkan biaya untuk hal-hal seperti sewa rumah, mereka hanya mengatakan bahwa itu adalah biaya pribadi,” kata dia.

Meskipun terlihat sepele, pengambilan fasilitas lounge tanpa izin dianggap pelanggaran etika profesional. Dalam industri penerbangan, disiplin dan kepatuhan terhadap aturan adalah bagian dari standar keselamatan dan pelayanan. Karena itu, kontrak mereka langsung diputus sebelum pelatihan dimulai.

Unggahan curhatan Jiang mendapat lebih dari 5.000 suka dan 2.400 komentar. Ia menyebut ada lima orang yang mengambil sekitar enam hingga tujuh botol air, dan dua di antaranya juga dipecat.

Jiang kemudian mengkritik budaya kerja SIA yang menurutnya terlalu keras dan kurang menghargai staf.

“Di mata mereka, kami hanyalah buruh murah dengan visa kerja. Tidak ada sedikit pun rasa hormat,” ungkapnya.

Menanggapi hal tersebut, juru bicara Singapore Airlines menolak memberikan komentar terkait isu internal karyawan.

“SIA mengharapkan semua karyawan untuk selalu berperilaku profesional dan mematuhi kebijakan perusahaan serta semua hukum yang berlaku,” ujar juru bicara tersebut.

“Tindakan disiplin akan diambil jika terjadi ketidakpatuhan,” tambahnya.

Kisah ini menjadi pelajaran bahwa dalam dunia profesional, bahkan kesalahan kecil pun bisa berdampak besar, terutama dalam industri seketat penerbangan internasional.

x|close