Ntvnews.id, Jakarta - Meningkatnya kesadaran digital masyarakat Jakarta menjadi salah satu pilar penting dalam menjaga keutuhan demokrasi, khususnya di Pilkada Serentak tahun 2024 lalu. Ternyata dari kampung hingga kompleks perumahan, warga ibu kota bergerak aktif melawan penyebaran informasi palsu atau hoaks yang kerap muncul di media sosial selama masa kampanye.
Data dari Kementerian Komunikasi dan Digital RI mencatat, di tahun 2024, terdapat lebih dari 400 konten hoaks politik yang terdeteksi di Indonesia. Sekitar 32 persen di antaranya tersebar di wilayah Jabodetabek, dengan mayoritas menyasar isu netralitas penyelenggara pemilu, hasil survei palsu, hingga fitnah terhadap calon kepala daerah.
Namun, situasi saat itu di Jakarta menunjukkan tren positif. Warga semakin tanggap dan proaktif dalam memverifikasi informasi. Di Kelurahan Palmerah, misalnya, kelompok pemuda membentuk komunitas “Jakarta Cerdas Memilih” yang berfokus pada literasi digital dan pencegahan hoaks. Mereka rutin mengadakan diskusi publik di balai warga dan menyebarkan infografik edukatif melalui media sosial.
“Hoaks itu sering muncul di grup WhatsApp keluarga atau lingkungan RT. Kami ajarkan warga untuk mengecek sumber berita dan jangan mudah membagikan sebelum tahu kebenarannya,” kata Aditya Nugraha (27), salah satu relawan literasi digital di Jakarta Barat.
Upaya masyarakat ini juga mendapat dukungan dari lembaga penyelenggara pemilu, sebagaiman pihak KPU sendiri menegaskan bahwa partisipasi warga dalam menjaga kebenaran informasi merupakan bagian dari demokrasi yang sehat.
“Kami sangat mengapresiasi masyarakat Jakarta yang aktif melawan hoaks. Informasi yang benar adalah fondasi agar Pilkada berjalan damai dan transparan,” ujarn narasumber yang tidak mau disebutkan namanya.
KPU Jakarta ungkap persiapan logistik pemilu sudah capai 90 persen (Ntvnews.id-Muslimin Trisyuliono).
Sementara itu, Bawaslu DKI Jakarta mengungkapkan telah menerima lebih dari 150 laporan dugaan penyebaran hoaks sepanjang masa kampanye, di mana sebagian besar berasal dari laporan masyarakat. Dari total laporan tersebut, sekitar 70 persen telah dikonfirmasi sebagai informasi menyesatkan dan langsung ditindaklanjuti bersama Kominfo.
Di sisi lain, ibu rumah tangga di wilayah Jakarta Selatan juga ikut berperan, Lilis Handayani (45) secara rutin mengadakan pelatihan membaca berita dengan metode cek fakta tiga langkah: periksa sumber, baca sampai tuntas, dan konfirmasi ke situs resmi KPU atau Bawaslu kepada Ibu-ibu di Kompleks perumahannya.
“Banyak ibu-ibu di kompleks yang dulu sering percaya info di media sosial. Kemudian, mereka justru yang pertama mengingatkan kalau ada berita mencurigakan,” ujar Lilis.
Menurut Pengamat Penyiaran Indonesia, Nuning Rodiah, inisiatif warga seperti ini menandai kedewasaan demokrasi setelah 21 tahun pelaksanaan Pilkada langsung di Indonesia.
“Pilkada Jakarta 2024 menjadi cermin bahwa masyarakat kini tidak hanya datang ke TPS, tapi juga menjaga ruang digital agar tetap bersih dari disinformasi. Ini tonggak penting dalam sejarah pemilu kita,” jelasnya.
Dengan dukungan berbagai pihak, mulai dari komunitas warga, akademisi, hingga penyelenggara pemilu, Jakarta saat itu menjadi contoh bagaimana peran aktif masyarakat dapat menciptakan Pilkada yang jujur, damai, dan bebas dari hoaks. Kesadaran kolektif ini menjadi bukti nyata kematangan demokrasi Indonesia dalam 21 tahun perjalanan Pilkada langsung.
ilusstrasi Berita Hoax (vecteezy.com/Pinterest)