Ntvnews.id, Jakarta - Ketegangan bersenjata yang kembali pecah di wilayah perbatasan Thailand dan Kamboja telah berlangsung selama 11 hari hingga Rabu, 17 Desember 2025. Sejak konflik terbaru dimulai pada 7 Desember, sedikitnya 52 orang dilaporkan meninggal dunia dari kedua belah pihak.
Kementerian Pertahanan Kamboja menyatakan pada Rabu bahwa militer Thailand melancarkan serangan artileri serta serangan menggunakan pesawat nirawak atau drone ke kawasan perbatasan, sebagaimana diberitakan media lokal Khmer Times.
Menanggapi serangan tersebut, pasukan Kamboja dilaporkan melakukan serangan balasan dengan menembakkan roket BM-21 ke sejumlah posisi militer Thailand.
Situasi ini berkembang setelah pasukan Thailand dilaporkan berhasil merebut wilayah Chong Anh Ma usai terjadinya pertempuran sengit, menurut laporan media publik Thai PBS.
Baca Juga: Thailand Minta Kamboja Umumkan Gencatan Senjata Lebih Dulu
Pemerintah Thailand pada Selasa menyampaikan bahwa Kamboja harus terlebih dahulu mengumumkan gencatan senjata sebagai langkah awal untuk menghentikan konflik bersenjata tersebut, yang sejauh ini telah memaksa lebih dari 700.000 warga di kedua sisi perbatasan mengungsi.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Thailand, Maratee Nalita Andamo, menegaskan bahwa setiap kesepakatan gencatan senjata harus memenuhi sejumlah persyaratan tertentu serta dapat dipercaya.
Ia juga meminta Kamboja untuk "secara tulus" bekerja sama dalam upaya pembersihan ranjau di wilayah perbatasan sebagai salah satu syarat penghentian pertempuran.
Thailand melaporkan hingga kini sebanyak 19 personel militernya dan 16 warga sipil tewas akibat konflik tersebut. Sementara itu, pihak Kamboja menyatakan 17 warganya meninggal dunia dan 77 orang lainnya mengalami luka-luka.
Baca Juga: Fakta-fakta Terbaru Thailand Kamboja Saling serang
Bentrokan masih terus terjadi meskipun Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Jumat 12 Desember 2025 mengatakan bahwa para pemimpin Thailand dan Kamboja telah sepakat untuk menghentikan pertempuran yang kembali pecah.
Sebelumnya, pada Oktober, pemimpin kedua negara menandatangani sebuah perjanjian damai di Kuala Lumpur yang disaksikan oleh Donald Trump dan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim. Namun, perjanjian tersebut kemudian ditangguhkan setelah seorang tentara Thailand mengalami luka parah akibat ledakan ranjau darat.
Thailand juga menyebutkan bahwa sekitar 18 tentara Kamboja masih ditahan oleh otoritas Thailand terkait sejumlah insiden yang terjadi dalam lima bulan terakhir.
Kedua negara yang bertetangga tersebut telah lama terlibat sengketa perbatasan yang berulang kali memicu aksi kekerasan, termasuk bentrokan pada Juli lalu yang menewaskan sedikitnya 48 orang.
(Sumber : Antara)
Arsip - Kendaraan militer terlihat di dekat perbatasan Thailand-Kamboja di Surin, Thailand, 3 November 2025. (ANTARA/Valeria Mongelli/Anadolu/pri) (Antara)