Ntvnews.id, Jakarta - Menteri Transmigrasi (Mentrans) Muhammad Iftitah Sulaiman Suryanagara menegaskan bahwa program transmigrasi masa kini memiliki relevansi kuat untuk mengentaskan kemiskinan melalui pengembangan industrialisasi dan hilirisasi di kawasan transmigrasi, sehingga dapat membuka lebih banyak lapangan kerja.
“Sebetulnya relevansi transmigrasi hari ini adalah untuk memberantas kemiskinan. Jadi itulah yang paling pokok kita ingin kembangkan,” ujar Iftitah dalam program siniar (podcast) di Antara Heritage Center (AHC), Jakarta, Selasa, 28 Oktober 2025.
Sebagai contoh, Iftitah menyoroti kawasan transmigrasi Melolo di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Sebelum adanya industrialisasi, tingkat kemiskinan di wilayah tersebut mencapai 32 persen. Namun setelah pengembangan industri di kawasan transmigrasi, angka kemiskinan berhasil ditekan menjadi 27 persen atau turun sebesar 5 persen.
Saat ini, kawasan Melolo memiliki pabrik gula terpadu yang dikelola oleh PT Muria Sumba Manis (MSM). Berdasarkan data Kementerian Transmigrasi (Kementrans), industri gula tersebut telah menyerap sekitar 3.500 tenaga kerja tetap, dan hingga 6.000 pekerja saat musim panen berlangsung.
Baca Juga: Prabowo: Sekolah Rakyat Kita Rancang untuk Putus Rantai Kemiskinan
Menurut Iftitah, persoalan utama yang selama ini terjadi dalam proses investasi adalah terputusnya hubungan antara perusahaan dan masyarakat sekitar. Industri kerap memperoleh lahan produksi tanpa adanya kewajiban untuk memberdayakan masyarakat lokal sebagai tenaga kerja.
Ia mencontohkan Maluku Utara yang memiliki pertumbuhan ekonomi hingga 32 persen yang dimana, empat kali lipat dari target nasional, namun tingkat kemiskinan di wilayah itu masih tergolong tinggi.
“Dari parameter pertumbuhan ekonomi makro, tertinggi ada di komponen ekspor dan investasi. Tetapi tidak membuka lebih banyak lapangan kerja, sehingga masyarakat itu banyak yang jobless,” kata Iftitah.
Ia menekankan bahwa industrialisasi harus mampu memberdayakan masyarakat lokal agar mereka memperoleh penghasilan dan mendorong perputaran ekonomi di daerah.
“Transmigrasi menyasar itu. Jadi kita tidak ingin masyarakat lokal terusir dari kampungnya sendiri akibat lahan yang dibutuhkan oleh industri,” ujarnya.
Baca Juga: Mentrans Bidik Kerja Sama Sister Province antara Daerah Transmigrasi Indonesia dan China
Lebih lanjut, Iftitah menjelaskan bahwa program transmigrasi yang tengah dikembangkan kini mengintegrasikan potensi sumber daya manusia dengan keunggulan industri seperti modal, teknologi, dan akses pasar, agar pertumbuhan ekonomi daerah dapat tercipta secara berkelanjutan.
Pemerintah melalui Kementrans juga telah menggandeng sejumlah investor luar negeri untuk mengembangkan kawasan transmigrasi. Salah satunya adalah kerja sama dengan perusahaan Korea Selatan, LX International, yang menanamkan investasi senilai Rp1,2 triliun di kawasan transmigrasi Maloy-Kaliorang, Kalimantan Timur.
Selain itu, Kementrans tengah menjajaki kerja sama dengan perusahaan benih asal Tiongkok, Wuhan Guoying Seed Co., LTD, untuk membangun desa pariwisata berbasis industri pertanian di kawasan transmigrasi.
“Yang dari Wuhan itu, sekarang sudah ada minatnya, tapi saya belum bisa menyebut angkanya (nilai investasi). Tapi yang pasti, mereka (Tiongkok) bersedia untuk menjadi off taker pembeli dari durian yang ada di kawasan transmigrasi Parigi Moutong, Sulawesi Tengah,” kata Iftitah.
(Sumber: Antara)
Menteri Transmigrasi (Mentrans) Muhammad Iftitah Sulaiman Suryanagara menjawab pertanyaan media dalam wawancara cegat (doorstop) di Antara Heritage Center (AHC), Jakarta, Selasa, 28 Oktober 2025. (ANTARA/Rizka Khaerunnisa) (Antara)