Jarhom Calon PM Jepang "Bekerja Seperti Kuda’ Picu Amarah Rakyat

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 12 Okt 2025, 14:30
thumbnail-author
Deddy Setiawan
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Arsip - Sanae Takaichi berbicara dalam kampanye pemilihan ketua Partai Demokrat Liberal (LDP) di Tokyo, Jepang (22/9/2025). Arsip - Sanae Takaichi berbicara dalam kampanye pemilihan ketua Partai Demokrat Liberal (LDP) di Tokyo, Jepang (22/9/2025). (ANTARA)

Ntvnews.id, Tokyo - Sekelompok pengacara Jepang yang menangani kasus karoshi atau kematian akibat kerja berlebihan melayangkan protes terhadap pernyataan pemimpin baru Partai Demokrat Liberal (LDP), Sanae Takaichi, yang menyerukan para anggota partainya untuk "bekerja seperti kuda pekerja".

Ia juga menuai kritik setelah menyatakan akan meninggalkan konsep keseimbangan kerja-kehidupan atau work-life balance.

Dilansir dari Japan Times, Minggu, 12 Oktober 2025, Takaichi menyampaikan pernyataan kontroversial itu dalam pidato kemenangannya setelah terpilih sebagai ketua LDP yang baru.

Sebagai salah satu politisi konservatif paling berpengaruh di Jepang, Takaichi menekankan pentingnya reformasi internal di partai tersebut, mengingat dukungan publik terhadap LDP belum pulih akibat serangkaian skandal yang mengguncang pemerintahan sebelumnya.

Baca Juga: Jepang Sambut Baik Kesepakatan Damai Hamas–Israel, Janjikan Ini untuk Gaza

Dalam pidatonya, ia mengatakan kepada para anggota parlemen partai, "Saya akan membuat semua orang bekerja seperti kuda." Ia juga menegaskan tekadnya untuk meninggalkan gagasan tentang keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan.

"Saya sendiri akan meninggalkan gagasan keseimbangan kehidupan dan pekerjaan. Saya akan bekerja, bekerja, bekerja, bekerja, dan bekerja," ujar calon perdana menteri wanita pertama Jepang tersebut dengan lantang.

Namun, pernyataan itu segera memicu kemarahan publik dan kritik keras dari Dewan Pembela Nasional untuk Korban Karoshi, kelompok yang selama ini memperjuangkan hak-hak pekerja yang menjadi korban sistem kerja berlebihan di Jepang.

Organisasi tersebut mendesak Takaichi untuk menarik kembali ucapannya, dengan alasan bahwa pandangannya "dapat memaksa para pekerja, termasuk pegawai pemerintah, untuk bekerja berlebihan dan dalam jam kerja yang panjang serta dapat membangkitkan kembali mentalitas yang sudah ketinggalan zaman."

Baca Juga: Ngeri, Kasus Heatstroke di Jepang Tembus 100 Ribu Orang

Kelompok yang dipimpin pengacara Hiroshi Kawahito ini mewakili keluarga-keluarga korban karoshi, termasuk keluarga mantan karyawan biro iklan besar yang meninggal akibat bunuh diri karena terlalu banyak bekerja. Keluarga seorang birokrat Kementerian Dalam Negeri yang juga bunuh diri pada 2014 menyatakan kemarahan yang sama, dan meminta Takaichi untuk merenungkan kembali sikap serta pernyataannya.

Menanggapi kontroversi ini, Menteri Kebijakan Terkait Anak-anak, Junko Mihara, mencoba meredakan situasi dengan menyatakan bahwa keseimbangan kehidupan kerja tetap “sangat penting”.

Ia menilai pernyataan Takaichi tidak dimaksudkan secara harfiah, melainkan menunjukkan komitmen dan keteguhan sebagai pemimpin partai.

"Saya yakin beliau telah menunjukkan tekadnya sebagai presiden (LDP)," kata Mihara.

Meski demikian, gelombang kritik dari publik dan aktivis tenaga kerja menunjukkan bahwa perdebatan tentang budaya kerja berlebihan di Jepang masih jauh dari selesai.

x|close