Ntvnews.id, Tokyo - Pemerintah Jepang pada Kamis menyampaikan dukungannya terhadap kesepakatan damai antara Hamas dan Israel yang diusulkan oleh Amerika Serikat, menyebut langkah tersebut sebagai upaya “signifikan” menuju berakhirnya konflik yang telah menewaskan puluhan ribu orang di Jalur Gaza.
Selain menyambut baik perjanjian itu, Jepang juga berkomitmen untuk mengambil peran aktif dalam proses pemulihan dan rekonstruksi wilayah Palestina yang porak-poranda akibat perang berkepanjangan.
Mantan Perdana Menteri Shigeru Ishiba menyanjung kepemimpinan “kuat” mantan Presiden AS Donald Trump dalam mendorong tercapainya kesepakatan tersebut. Dalam unggahan di media sosial X, Ishiba menulis, “Kita harus memanfaatkan kesempatan ini untuk segera memperbaiki situasi kemanusiaan, mewujudkan perdamaian yang berkelanjutan dan solusi dua negara.”
Ia juga menegaskan komitmen negaranya dalam proses perdamaian itu. “Jepang akan terus memainkan peran yang proaktif,” ujarnya.
Baca Juga: Serangan Beruang Teror Warga Jepang
Sebelumnya, melalui platform Truth Social pada Rabu, 8 Oktober 2025, Trump mengumumkan bahwa Hamas dan Israel telah menyetujui tahap pertama dari rencana 20 poin untuk mengakhiri konflik di Jalur Gaza. Rencana tersebut mencakup pembebasan seluruh sandera serta penarikan pasukan Israel ke “garis yang telah disepakati.”
Negosiasi antara kedua pihak dilaporkan telah dimulai di Mesir sejak Senin.
Dalam konferensi pers Kamis pagi, Sekretaris Kabinet Jepang Yoshimasa Hayashi menyebut kesepakatan tersebut sebagai “sebuah langkah awal signifikan menuju situasi yang damai dan untuk mewujudkan solusi dua negara.”
Hayashi menyerukan agar “semua pihak menjalankan kesepakatan dengan setia dan konsisten”, seraya menambahkan bahwa Jepang akan terus bekerja sama dengan mitra internasional untuk “segera memperbaiki situasi kemanusiaan di Gaza dan berkontribusi aktif pada upaya internasional untuk pemulihan dan rekonstruksi dini.”
Menteri Luar Negeri Takeshi Iwaya dalam pernyataannya turut menyoroti “situasi tragis” di Jalur Gaza yang “harus segera disudahi”, mengingat banyaknya korban jiwa termasuk warga sipil serta memburuknya krisis kemanusiaan setelah dua tahun perang.
Sumber dari Kementerian Luar Negeri Jepang mengatakan bahwa Tokyo memiliki kapasitas kuat untuk memainkan peran penting dalam rekonstruksi pascaperang, menyebut bidang tersebut sebagai “spesialisasi” Jepang.
Meski mendukung solusi dua negara sebagai jalan paling realistis menuju perdamaian, Jepang hingga kini belum bergabung dengan negara-negara Barat yang secara resmi mengakui Palestina sebagai negara, dengan alasan ingin tetap netral agar dapat menekan Israel menghentikan serangan di Gaza.
Konflik terbaru ini berawal pada Oktober 2023 ketika kelompok perlawanan Palestina, Hamas, melancarkan serangan terhadap Israel yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera ratusan lainnya. Aksi itu memicu serangan balasan besar-besaran dari Israel yang telah menewaskan lebih dari 67.000 warga Gaza.
Krisis kemanusiaan pun semakin memburuk, dengan jutaan penduduk Gaza kini hidup dalam kelaparan dan kondisi yang sangat memprihatinkan.