Ini Penyebab Presiden Peru Dina Boluarte Dimakzulkan

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 10 Okt 2025, 13:39
thumbnail-author
Deddy Setiawan
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Presiden Peru, Dina Boluarte Presiden Peru, Dina Boluarte (BBC)

Ntvnews.id, Lima - Para anggota parlemen di Peru telah memutuskan untuk memakzulkan Presiden Dina Boluarte dalam sebuah sidang darurat yang digelar pada Kamis, 9 Oktober 2025 malam waktu setempat. Dalam sidang tersebut, Boluarte memilih untuk tidak hadir di hadapan Kongres.

Sebelumnya, Boluarte mendapat banyak kritik karena dianggap gagal mengatasi meningkatnya angka kejahatan di negara tersebut. Masa kepemimpinannya sejak Desember 2022 terus dibayangi oleh gelombang aksi protes. Pemakzulan ini terjadi setelah beberapa blok politik menyerukan agar Boluarte dicopot dari jabatannya.

Dilansir daeri AFP, Jumat, 10 Oktober 2025, Boluarte dikenal sebagai salah satu kepala negara dengan tingkat popularitas paling rendah di dunia, hanya meraih dukungan publik sekitar 2–4 persen. Perempuan berusia 63 tahun itu dituduh memperkaya diri secara tidak sah dan dianggap bertanggung jawab atas tindakan represif yang berujung pada kematian para demonstran.

Dalam proses pemakzulan tersebut, sebanyak 118 dari 122 anggota parlemen menyatakan dukungan untuk memberhentikannya. Keputusan ini mengakhiri masa jabatannya sebagai presiden, sebagaimana diumumkan oleh pemimpin Kongres Jose Jeri, menurut laporan kantor berita AFP, Jumat, 10 Oktober 2025.

Baca Juga: Menteri Ekraf Luncurkan Ekraf Hub, Rumah Kolaborasi untuk 26 Juta Pelaku Kreatif

Kerusuhan sosial telah berlangsung selama beberapa bulan terakhir, dipicu oleh meningkatnya kejahatan terorganisir dan kasus pemerasan yang merajalela.

Beberapa survei menunjukkan bahwa masyarakat Peru memiliki persepsi negatif terhadap pemerintah dan Kongres, yang dikuasai oleh kelompok konservatif, karena dianggap sarat dengan korupsi.

Situasi semakin memanas pekan lalu setelah parlemen mengesahkan undang-undang kontroversial yang mewajibkan kaum muda untuk ikut serta dalam program dana pensiun swasta, kendati banyak dari mereka bekerja di lingkungan yang tidak menjamin keselamatan.

Pada Minggu, 22 September 2025 malam, sekelompok pengunjuk rasa melempari polisi dengan batu dan bom molotov. Aparat kemudian membalas dengan menembakkan gas air mata untuk membubarkan massa.

"Saya sangat marah, saya merasa benar-benar disesatkan oleh pemerintahan ini... dan Kongres yang melayani partai-partai politik," ucap Xiomi Aguiler (28) yang ikut dalam unjuk rasa. Dia menyebut para partai politik sebagai "mafia yang mengakar di negara ini".

Baca Juga: Sekretaris Kelurahan Petojo Selatan Disanksi karena Pamer Gaya Hidup Mewah di Medsos

Seorang mahasiswa bernama Jonatan Esquen, yang baru berusia 18 tahun, mengatakan bahwa aksi protes ini merupakan "awal dari kebangkitan, karena orang-orang akhirnya menyadari bahwa anak muda lebih aktif di media sosial dan di arena politik".

Unjuk rasa pada Minggu, 21 September 2025 itu berlangsung sehari setelah bentrokan keras terjadi antara demonstran dan aparat di sekitar kantor kepresidenan dan gedung parlemen. Menurut data dari otoritas setempat dan organisasi independen, sekitar 18 orang mengalami luka-luka dalam insiden yang terjadi pada Sabtu, 20 September 2025 termasuk 12 polisi dan enam jurnalis.

x|close