Rusia Peringatkan Setiap Agresi Akan Dibalas dengan Konsekuensi Serius

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 28 Sep 2025, 14:00
thumbnail-author
Irene Anggita
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Seyed Abbas Araghchi (kanan) berjabat tangan dengan Menlu Rusia Sergei Lavrov dalam sebuah konferensi pers bersama di Teheran, Iran, pada 25 Februari 2025. Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Seyed Abbas Araghchi (kanan) berjabat tangan dengan Menlu Rusia Sergei Lavrov dalam sebuah konferensi pers bersama di Teheran, Iran, pada 25 Februari 2025. (ANTARA)

Ntvnews.id, Jakarta - Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, dalam pidatonya pada sesi debat umum Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Sabtu, 27 September 2025, menegaskan bahwa segala bentuk agresi terhadap Rusia "akan menghadapi respons tegas".

Lavrov menyebut negara-negara Barat semakin gencar melontarkan ancaman penggunaan kekuatan militer terhadap Moskow, sembari menuduh Rusia hampir bersiap menyerang negara-negara anggota NATO maupun Uni Eropa (UE).

Ia menegaskan, Presiden Rusia Vladimir Putin sudah berulang kali menepis tuduhan provokatif tersebut. Lavrov menambahkan bahwa Rusia tidak pernah memiliki niat ataupun tindakan untuk melakukan hal demikian.

Menyinggung perang Rusia-Ukraina, Lavrov menekankan bahwa sebagaimana telah ditegaskan berkali-kali oleh Presiden Putin, Rusia tetap terbuka untuk melakukan perundingan yang bertujuan menyelesaikan akar permasalahan konflik sejak awal.

Baca Juga: Sekutu Rusia Sebut Tak Ada Tempat Berlindung di AS dari Serangan Bom Raksasa Rusia

Keamanan serta kepentingan vital Rusia, menurutnya, harus terjamin dengan baik. Selain itu, hak-hak warga Rusia dan penutur bahasa Rusia di wilayah yang masih berada di bawah kendali Ukraina juga harus dipulihkan dan dihormati.

"Atas dasar ini, kami siap membahas jaminan keamanan untuk Ukraina," katanya.

Terkait hubungan dengan Amerika Serikat, Lavrov menyampaikan bahwa Moskow menaruh harapan terhadap kelanjutan dialog kedua negara, terutama pasca pertemuan puncak di Alaska pada Agustus lalu.

Ia menambahkan, Rusia melihat adanya tanda bahwa AS tidak hanya ingin mencari cara realistis untuk mengakhiri krisis Ukraina, tetapi juga berupaya mengembangkan kerja sama pragmatis tanpa didasari sikap ideologis.

Lavrov menekankan bahwa Rusia dan AS memiliki tanggung jawab besar atas kondisi dunia dan harus menghindari risiko yang bisa menyeret umat manusia ke dalam perang baru.

Baca Juga: Trump Yakin Ukraina Bisa Rebut Wilayah dari Rusia

Dalam pidatonya, Lavrov juga menegaskan kembali inisiatif Presiden Putin yang menyatakan bahwa Moskow siap mematuhi pembatasan senjata nuklir selama satu tahun setelah Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis Baru (New START) berakhir pada Februari 2026, dengan catatan AS melakukan hal serupa dan tidak mengambil langkah yang dapat merusak keseimbangan kekuatan pencegahan yang ada.

Perjanjian New START sendiri ditandatangani Rusia dan AS pada 2010, menetapkan batasan jumlah hulu ledak nuklir serta sistem pengiriman strategis. Kesepakatan ini mulai berlaku pada 5 Februari 2011 dan semula berakhir 5 Februari 2021. Namun, kedua negara sepakat memperpanjangnya selama lima tahun hingga Februari 2026.

(Sumber: Antara)

x|close