Ntvnews.id, Warssaw - Presiden Polandia Karol Nawrocki resmi menandatangani resolusi yang mengizinkan penempatan pasukan NATO di wilayah Polandia. Keputusan ini diambil setelah terjadi pelanggaran wilayah udara oleh drone Rusia.
“Presiden Republik Polandia, Karol Nawrocki, telah menandatangani resolusi yang mengizinkan kehadiran komponen militer asing dari negara-negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara di wilayah Republik Polandia sebagai bagian dari Operasi Eastern Sentry. Resolusi Presiden bersifat rahasia,” tulis Biro Keamanan Nasional (BSN) melalui media sosial X.
Dilansir dari Anadolu, Selasa, 16 September 2025, insiden pelanggaran udara terjadi pada Rabu, 10 September 2025 dini hari, saat sejumlah besar drone Rusia memasuki langit Polandia. NATO merespons cepat dengan mengaktifkan sistem pertahanannya demi menjaga keamanan kawasan.
Menindaklanjuti situasi tersebut, Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte mengumumkan peluncuran Operasi Eastern Sentry di Brussel pada Jumat, usai Polandia mengaktifkan Pasal 4 NATO.
Baca Juga: Kisruh Tol CMNP, Koordinator MAKI Yakin Kejagung Segera Proses ke Tahap Penyidikan
“Meskipun ini merupakan konsentrasi terbesar pelanggaran wilayah udara NATO yang pernah kami saksikan, apa yang terjadi pada Rabu bukanlah insiden tunggal. Kecerobohan Rusia di sepanjang sayap timur meningkat frekuensinya,” ujar Rutte.
Ia menegaskan bahwa operasi ini akan memperkuat postur pertahanan NATO melalui integrasi pertahanan udara dan darat dalam menghadapi ancaman Rusia. Operasi melibatkan dukungan militer dari Denmark, Prancis, Inggris, Jerman, dan negara anggota lainnya. Selain strategi tradisional, Eastern Sentry juga dilengkapi elemen untuk menghadapi ancaman drone.
“Saya yakin pada kekuatan dan kemampuan aliansi ini, terutama berkat kepemimpinan jajaran tinggi kami,” tambah Rutte.
Baca Juga: Rumania Bakal Seret Rusia ke Majelis PBB Buntut Drone
Menteri Pertahanan Polandia Wladyslaw Kosiniak-Kamysz mengungkapkan, delapan negara sudah menyatakan kesiapan bergabung, sementara beberapa negara lain tengah mempersiapkan pernyataan serupa. Ia menilai operasi ini sebagai salah satu yang terbesar dalam sejarah NATO, dengan penempatan perlengkapan militer lengkap seperti pesawat, helikopter, rudal berbasis darat, hingga sistem anti-drone.
Di sisi lain, Rusia pada Minggu, 14 September 2025, mengumumkan peluncuran rudal jelajah hipersonik dalam latihan militer bersama Belarus bertajuk “Zapad 2025.” Latihan yang dimulai sejak 12 September tersebut diklaim bertujuan memperkuat koordinasi komando dalam menghadapi potensi serangan ke Rusia atau Belarus.
Moskow dan Minsk menegaskan latihan itu bersifat defensif serta tidak ditujukan kepada NATO.