Ntvnews.id, Brussel - Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte mengumumkan peluncuran operasi militer bertajuk “Eastern Sentry” dalam konferensi pers di Belgia. Langkah ini diambil sebagai respons atas masuknya 19 drone Rusia ke wilayah udara Polandia pada Rabu dini hari.
Dilansir dri Anadolu, Minggu, 14 September 2025, Pelanggaran ruang udara yang belum pernah terjadi sebelumnya itu menimbulkan kekhawatiran besar, apalagi hanya empat drone yang berhasil ditembak jatuh oleh jet tempur sekutu. Situasi tersebut memunculkan pertanyaan mengenai kemampuan NATO melindungi sayap timurnya.
Menurut rilis resmi, operasi Eastern Sentry akan dijalankan oleh Allied Command Operations. Panglima Tertinggi Sekutu Eropa, Jenderal Alexus G. Grynkewich, menegaskan bahwa pelanggaran udara di Polandia “bukan insiden terisolasi” dan memberikan dampak terhadap seluruh NATO.
“Meski penilaian penuh insiden masih berlangsung, NATO tidak menunggu. Kami bertindak,” tegas Grynkewich, dikutip Kyiv Post, Sabtu, 13 September 2025.
Baca Juga: Senator AS Sebut Udang Beku RI Terkontaminasi Radioaktif, Bisa Bikin Konsumen ‘Berubah Jadi Alien’
Dalam konferensi pers bersama di Brussel, Rutte juga mengecam meningkatnya “kecerobohan Rusia di udara sepanjang sayap timur kami.” Ia memastikan Eastern Sentry akan dimulai “dalam beberapa hari mendatang” dengan dukungan sejumlah negara NATO, seperti Denmark, Prancis, Inggris, dan Jerman.
Beberapa sekutu Polandia segera menyatakan komitmennya. Presiden Prancis Emmanuel Macron mengumumkan pengiriman tiga jet tempur Rafale, sementara Republik Ceko akan mengirim pasukan dan helikopter interseptor drone khusus. Grynkewich juga menyebut keterlibatan F-16 Denmark, tawaran kapal fregat, dan “beberapa kemampuan pertahanan udara berbasis darat,” walaupun belum merinci asal negara penyumbang.
“Saya berharap kita tidak hanya fokus pada item tertentu,” katanya.
“Kuncinya adalah desain pertahanan yang benar-benar baru.” ungkapnya.
Baca Juga: All New Mitsubishi Destinator: Ruang Lapang, Kemewahan dan Nyaman Bawa 7 Penumpang
Ia menambahkan, Eastern Sentry akan dirancang “fleksibel dan gesit,” dengan mengintegrasikan pertahanan udara serta darat, sekaligus meningkatkan pertukaran informasi antarnegara anggota.
Menjawab keraguan apakah NATO memiliki cukup sumber daya untuk membela Ukraina sekaligus melindungi anggotanya, Grynkewich menegaskan tidak ada pertentangan. Bahkan, menurutnya, Eastern Sentry bisa mengambil pelajaran dari Ukraina, terutama terkait senjata dan sistem pertahanan yang paling efektif menghadapi Rusia.
“Pada akhirnya, terserah Rusia sejauh mana mereka akan melangkah,” ucap Grynkewich.
“Kami akan membela diri. Kami adalah aliansi defensif, bukan ofensif. Kami akan mempertahankan aliansi indah beranggotakan 32 negara ini, yang berdiri sejak 1949, dan memastikan satu miliar orang kami tetap aman dan bebas,” tambahnya.