China Gelar Peringatan 80 Tahun Kekalahan Jepang dan Dukungan Rusia dan Korea Utara

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 3 Sep 2025, 12:55
thumbnail-author
Irene Anggita
Penulis
thumbnail-author
Siti Ruqoyah
Editor
Bagikan
Pasukan mengikuti parade militer memperingati 80 tahun kemenangan dalam Perang Rakyat China Melawan Agresi Jepang di Lapangan Tiananmen, China, Rabu (3/9/2025). Pasukan mengikuti parade militer memperingati 80 tahun kemenangan dalam Perang Rakyat China Melawan Agresi Jepang di Lapangan Tiananmen, China, Rabu (3/9/2025). (ANTARA)

 Ntvnews.id, Jakarta - Pada hari Rabu, China mengawali serangkaian kegiatan untuk memperingati delapan dekade sejak Jepang menyerah dalam Perang Dunia II. 

Salah satu agenda utama dalam peringatan ini adalah parade militer besar di Beijing yang menampilkan solidaritas antara Presiden China Xi Jinping, Presiden Rusia Vladimir Putin, dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un. 

Dalam rangkaian kegiatan yang dipusatkan di Lapangan Tiananmen, Presiden Xi dijadwalkan memberikan pidato yang membahas apa yang disebut China sebagai kemenangan dalam Perang Perlawanan terhadap Agresi Jepang 1937–1945 serta Perang Anti-Fasis Dunia. 

"Tampilan solidaritas Xi bersama para pemimpin Rusia dan Korea Utara dalam acara yang tidak dihadiri oleh para kepala negara besar Barat ini, kemungkinan akan dipandang sebagai tantangan terhadap Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump." 

Selain Putin dan Kim, lebih dari 20 pemimpin dari berbagai negara turut diundang ke acara tersebut. Beberapa tokoh yang hadir termasuk Presiden Iran Masoud Pezeshkian dan Jenderal Senior Min Aung Hlaing, pemimpin junta militer Myanmar. 

Dari Jepang, yang hadir adalah mantan Perdana Menteri Yukio Hatoyama. Ia diundang sebagai mantan pejabat tinggi yang saat ini tidak memiliki keterkaitan dengan pemerintahan Jepang di bawah Perdana Menteri Shigeru Ishiba. 

"Dari Jepang, mantan Perdana Menteri Yukio Hatoyama turut diundang sebagai mantan pejabat tinggi yang tidak berafiliasi dengan pemerintahan Jepang saat ini yang berada di bawah Perdana Menteri Shigeru Ishiba." 

Parade selama 70 menit itu memamerkan beragam persenjataan canggih buatan dalam negeri, mulai dari jet tempur, sistem intelijen tanpa awak, hingga rudal hipersonik. Pihak militer menyatakan bahwa seluruh alat militer yang ditampilkan adalah produksi domestik dan masih aktif digunakan. 

"Menurut militer China, seluruh persenjataan yang ditampilkan merupakan buatan dalam negeri dan masih aktif digunakan."

 

Sebanyak 45 unit formasi dan pasukan militer turut ambil bagian dalam parade skala besar ini, menurut keterangan dari militer China. 

Parade militer besar sebelumnya diselenggarakan pada tahun 2019, dalam rangka peringatan 70 tahun berdirinya Republik Rakyat China. Sementara pada 2015, parade serupa juga diadakan di Tiananmen sebagai bagian dari peringatan 70 tahun berakhirnya Perang Dunia II, dan turut dihadiri oleh Xi, Putin, serta sejumlah pejabat tinggi. 

Dalam catatan sejarah yang dikutip media China, Mao Zedong, tokoh pendiri negara China modern, juga pernah menghadiri parade militer di Beijing pada Oktober 1959. Saat itu, ia didampingi oleh Nikita Khrushchev dari Uni Soviet dan Kim Il Sung dari Korea Utara, dalam perayaan satu dekade berdirinya negara tersebut. 

"Menurut media China, Mao Zedong yang merupakan pendiri China modern, turut menghadiri parade militer di Beijing pada Oktober 1959 bersama dengan pemimpin Soviet Nikita Khrushchev dan pendiri Korea Utara Kim Il Sung, untuk memperingati 10 tahun berdirinya negara tersebut." 

Pengamanan selama berlangsungnya peringatan dilakukan secara ketat. Pembatasan lalu lintas diterapkan di berbagai titik dan sejumlah layanan transportasi publik seperti kereta bawah tanah dan bus dihentikan sementara di pusat kota Beijing. 

"Keamanan untuk acara tersebut sangat ketat, dengan pembatasan lalu lintas diberlakukan serta layanan kereta bawah tanah dan bus dihentikan di pusat kota Beijing." 

Sumber: ANTARA

 

 

x|close