Ntvnews.id, New York - Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan keyakinannya bahwa Ukraina mampu merebut kembali wilayah yang kini dikuasai Rusia. Namun, ia menegaskan hal itu membutuhkan dukungan waktu, kesabaran, serta bantuan finansial dari Eropa dan NATO. Trump juga menilai Rusia berperang "tanpa arah yang jelas."
Dilansir dari Reuters, Kamis, 25 September 2025, pernyataan tersebut ia sampaikan usai bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di sela-sela Sidang Umum PBB, Selasa, 23 September 2025. Melalui unggahan di platform media sosial Truth, Trump tampak mengubah nada retorikanya terkait perang Rusia-Ukraina.
"Setelah memahami secara menyeluruh situasi militer dan ekonomi antara Ukraina dan Rusia, serta melihat masalah ekonomi besar yang kini dihadapi Rusia, saya yakin Ukraina - dengan dukungan Uni Eropa - berada dalam posisi untuk bertempur dan merebut kembali seluruh wilayah Ukraina secara utuh," tulis Trump.
Sekitar 20 persen wilayah Ukraina, termasuk Semenanjung Krimea yang direbut Rusia pada 2014, masih berada di bawah kendali Moskow. Meski Ukraina telah berhasil merebut sebagian wilayah sejak invasi skala penuh Rusia pada Februari 2022, pasukan Kremlin terus menekan garis depan dalam beberapa bulan terakhir. Trump tetap menyampaikan optimisme usai pertemuan dengan Zelenskyy.
"Dengan waktu, kesabaran, dan dukungan finansial dari Eropa khususnya NATO - wilayah perbatasan asal sebelum perang ini dimulai sangat mungkin untuk direbut kembali," ujarnya.
Sementara itu, Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB Dmitry Polyanskiy merespons pernyataan Trump dengan singkat. "Jangan terlalu berharap," katanya.
Baca Juga: Teleprompter dan Eskalator Mati Saat Trump Pidato di PBB, Dinas Rahasia AS Investigasi
Trump juga menilai strategi militer Rusia tidak efektif. "Rusia dan Putin berada dalam masalah ekonomi besar, dan ini adalah momen yang tepat bagi Ukraina untuk bertindak," tegasnya. Ia menambahkan, Amerika akan "terus menyuplai senjata kepada NATO untuk digunakan sesuai keinginan mereka."
Menanggapi hal tersebut, Zelenskyy menyatakan dirinya percaya peran Amerika sangat penting untuk mendorong tercapainya perdamaian.
"Saya baru saja bertemu dengan Presiden Trump, dan kami membicarakan bagaimana membawa perdamaian secara nyata. Kami berdiskusi soal beberapa ide yang baik, dan saya harap itu bisa berhasil," kata Zelenskyy dalam rapat Dewan Keamanan PBB di New York.
"Saya berterima kasih atas pertemuan ini, dan kami menantikan langkah konkret dari Amerika untuk mendorong Rusia ke arah perdamaian. Moskow takut pada Amerika dan selalu memperhatikan setiap gerakannya," tambahnya.
Baca Juga: Momen Macron Tertahan Iring-irinan Trump di New York
Di sisi lain, ketegangan meningkat setelah serangkaian provokasi Rusia di kawasan perbatasan NATO. Bandara Kopenhagen, Denmark, sempat menghentikan operasional pada Senin, 22 September 2025, akibat terdeteksi drone siluman. Perdana Menteri Denmark, Mette Frederiksen, menyebut insiden itu sebagai "serangan paling serius terhadap infrastruktur kritis Denmark sejauh ini."
Menteri Pertahanan Swedia, Pal Jonson, menegaskan bahwa pelanggaran wilayah udara juga terjadi di Estonia, Polandia, dan Rumania.
"Saya tak mau berspekulasi, tapi seperti yang dikatakan Frederiksen, kami mencatat adanya sejumlah pelanggaran wilayah udara negara-negara sekutu. Saya berpikir tentang Estonia, Polandia, juga Rumania. Ini sudah terjadi. Dan pelakunya adalah Rusia," ujarnya.
Jonson menekankan bahwa mendukung Ukraina adalah bagian dari investasi keamanan NATO. "Karena menurut saya, Ukraina saat ini adalah perisai terhadap risiko ekspansi militer Rusia yang lebih jauh," katanya.