Ntvnews.id, Washington DC - Gelombang kepanikan melanda komunitas India serta industri teknologi internasional setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump tiba-tiba mengumumkan aturan baru berupa biaya US$ 100.000 (sekitar Rp1,5 miliar) untuk pengajuan visa kerja H-1B.
Dilansir dari Reuters, Rabu, 24 September 2025, Kebijakan mengejutkan itu diumumkan dan langsung menimbulkan kebingungan di kalangan pemegang visa. Salah satu insiden terjadi di pesawat Emirates dari San Francisco menuju Dubai.
Pesawat tersebut tertahan di landasan selama tiga jam lantaran sejumlah penumpang pemegang H-1B panik dan khawatir tidak bisa kembali masuk ke AS. Mereka memilih membatalkan perjalanan dan turun dari pesawat.
Dalam video yang diverifikasi CNN International, pilot mencoba menenangkan penumpang yang sibuk mengecek ponsel mereka. "Situasi ini belum pernah terjadi sebelumnya bagi Emirates. Kami tahu ada penumpang yang tidak ingin melanjutkan perjalanan, itu tidak masalah," ucapnya.
Baca Juga: Trump Kaitkan Isu Pengakuan Negara Palestina dengan Tindak Kekerasan Hamas
Sebagian besar penumpang yang berasal dari India dan China akhirnya membatalkan penerbangan mereka. Setidaknya ada lima orang yang memutuskan turun dari pesawat.
Dikutip dari Reuters, kebijakan Trump ini juga menimbulkan kegelisahan besar di Silicon Valley. Perusahaan-perusahaan teknologi bahkan meminta karyawan mereka segera kembali sebelum tenggat pukul 12:01 dini hari waktu setempat pada Minggu, sembari mengingatkan agar tidak meninggalkan AS.
Visa H-1B selama ini menjadi jalur utama tenaga kerja terampil terutama dari India untuk berkarier di Amerika Serikat. Para ekonom menilai program ini membantu perusahaan AS tetap kompetitif sekaligus menciptakan lapangan kerja baru.
Namun, langkah Trump berpotensi mengguncang ribuan profesional asal India, kelompok terbesar pemegang H-1B. Data menunjukkan lebih dari 200.000 warga India bekerja di AS dengan visa tersebut pada 2024.
Baca Juga: PM Inggris Keir Starmer dan Trump Sepakat Dorong Perdamaian di Jalur Gaza
Amazon tercatat sebagai penerima terbesar program H-1B pada tahun fiskal 2025 dengan 10.000 visa, disusul Tata Consultancy Services (TCS) dengan lebih dari 5.500 visa. Jika aturan baru berlaku, Amazon berpotensi menanggung biaya hingga US$ 1 miliar (Rp15 triliun) per tahun, sementara TCS sekitar US$ 550 juta (Rp8,5 triliun).
Meski dianggap merugikan Amerika, sejumlah analis melihat peluang bagi India. "Kebijakan ini bisa memicu kembalinya talenta ke dalam negeri dan mempercepat transformasi India menjadi pusat inovasi global," tulis Madhavi Arora, Kepala Ekonom Emkay Global.
Langkah Trump ini semakin memperkeruh hubungan AS-India, setelah bulan lalu Washington menetapkan tarif 50% pada barang ekspor India sebagai sanksi atas impor minyak Rusia.
Gedung Putih menegaskan biaya US$ 100.000 hanya berlaku untuk aplikasi visa baru, namun kebijakan tersebut tetap menimbulkan ketidakpastian besar bagi ratusan ribu profesional dan perusahaan teknologi dunia.