Kelakar PM Israel Netanyahu di Tengah Tekanan Internasional

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 27 Sep 2025, 09:30
thumbnail-author
Deddy Setiawan
Penulis
thumbnail-author
Ramses Manurung
Editor
Bagikan
Arsip - Pemimpin Israel Benjamin Netanyahu. (ANTARA/Anadolu) Arsip - Pemimpin Israel Benjamin Netanyahu. (ANTARA/Anadolu) (Antara)

Ntvnews.id, New York - Menghadapi tekanan global, tuduhan kejahatan perang, dan isolasi internasional yang semakin meningkat, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mendapat kesempatan untuk berpidato di forum terbesar komunitas dunia pada Jumat, yakni Sidang Majelis Umum PBB.

Dilansir dari DW, Sabgu, 27 September 2025, Pidato tahunan Netanyahu di PBB selama ini selalu mendapat sorotan tajam, kerap diwarnai protes, disampaikan dengan nada tegas, bahkan sesekali berisi tuduhan dramatis. Namun, kali ini taruhannya disebut jauh lebih besar dibandingkan tahun-tahun sebelumnya bagi pemimpin Israel tersebut.

Dalam beberapa hari terakhir, Australia, Kanada, Prancis, Inggris, dan sejumlah negara lain telah mengumumkan pengakuan resmi terhadap negara Palestina yang merdeka. Sementara itu, Uni Eropa tengah mempertimbangkan sanksi dan tarif terhadap Israel. Sidang majelis bulan ini juga telah meloloskan resolusi tidak mengikat yang mendesak Israel berkomitmen pada pembentukan negara Palestina, sesuatu yang ditolak Netanyahu.

Mahkamah Kriminal Internasional (ICC) telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu atas dugaan kejahatan terhadap kemanusiaan, tuduhan yang ia bantah keras. Di sisi lain, Mahkamah Internasional (ICJ) tengah meninjau gugatan Afrika Selatan yang menuduh Israel melakukan genosida di Gaza, klaim yang juga dibantah oleh Israel.

Baca Juga: Benjamin Netanyahu Jalani Operasi Pengangkatan Prostat

Menanggapi situasi tersebut, Netanyahu tetap bersuara lantang sebelum bertolak ke New York. "Saya akan mengatakan kebenaran kami," kata Netanyahu, dikutip dari WHDH. Ia juga menegaskan, "Saya akan mengutuk para pemimpin yang, alih-alih mengutuk para pembunuh, pemerkosa, dan pembakar anak-anak, ingin memberi mereka sebuah negara di jantung Israel.”

Dalam sesi khusus Majelis Umum PBB pekan ini, perwakilan berbagai negara menyatakan keprihatinan atas serangan Hamas pada 2023 yang menewaskan sekitar 1.200 orang di Israel, menyandera 251 orang, dan memicu perang. Banyak pihak mendesak adanya gencatan senjata segera di Gaza serta masuknya bantuan kemanusiaan.

Di sisi lain, serangan balasan besar-besaran Israel telah menewaskan lebih dari 65.000 warga Palestina dan memaksa 90 persen penduduk Gaza mengungsi. Kondisi tersebut diperparah dengan meningkatnya risiko kelaparan massal.

Baca Juga: Pidato Netanyahu di Sidang Umum PBB Diwarnai Aksi Protes Walk Out Puluhan Negara

Walaupun lebih dari 150 negara kini mengakui negara Palestina, Amerika Serikat masih belum melakukannya, meski dukungan terhadap Israel tetap besar. Namun, Presiden Donald Trump memberi sinyal pembatasan, dengan menegaskan kepada wartawan bahwa ia tidak akan mengizinkan Israel mencaplok Tepi Barat.

Meski pemerintah Israel belum secara resmi mengumumkan rencana pencaplokan, sejumlah pejabat senior dalam kabinet Netanyahu mendorong langkah itu. Baru-baru ini, proyek permukiman kontroversial pun disetujui yang dinilai akan membelah Tepi Barat menjadi dua, sehingga mengancam prospek negara Palestina. Trump dijadwalkan bertemu Netanyahu selama kunjungannya.

Di Timur Tengah, Israel pada Jumat menyatakan rencana untuk menyiarkan pidato Netanyahu di Majelis Umum PBB dari Israel selatan langsung ke Gaza, agar dapat terdengar oleh warga Palestina di wilayah yang terkepung tersebut.

x|close