Ntvnews.id, New York - Presiden Suriah, Ahmad al-Sharaa, menegaskan bahwa operasi militer Israel di Qatar dan Suriah berpotensi merugikan Amerika Serikat (AS) dan mendorong sekutu Washington untuk mempertimbangkan menjauh. Pernyataan itu ia sampaikan menjelang pidato bersejarahnya di Sidang Umum PBB.
Dilansir dari Anadolu, Jumat, 26 September 2025, Al-Sharaa, yang sebelumnya dikaitkan dengan al-Qaeda dan ISIS, berbicara kepada Margaret Brennan dari program 60 Minutes di Suriah. Ia naik ke tampuk kekuasaan setelah menggulingkan Bashar al-Assad, menutup hampir 14 tahun perang saudara.
Pada Desember lalu, AS mencabut hadiah 10 juta dolar atas kepalanya dan pada Juli menghapus status teroris dari kelompok yang pernah ia pimpin. Menurut al-Sharaa, serangan Israel baru-baru ini di Qatar dan Suriah justru membahayakan posisi AS di kawasan.
"Pengeboman istana presiden sama saja dengan deklarasi perang terhadap Suriah. Bagaimana jika halaman belakang Gedung Putih dibom? Amerika Serikat akan melancarkan perang terhadap siapa pun yang menargetkan halaman belakang Gedung Putih selama 20 tahun ke depan," kata al-Sharaa kepada Brennan.
Baca Juga: Media Israel dan India Soroti Salam Agama di Pidato Penutup Prabowo di PBB
Hingga kini, Suriah belum memberikan balasan militer atas serangan tersebut. Di sisi lain, utusan khusus AS untuk Suriah, Tom Barrack, menekankan upaya diplomasi guna meredakan ketegangan.
"Ada batas-batas dan standar internasional yang harus dihormati, ada hukum internasional, Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan Dewan Keamanan yang kita jadikan acuan untuk melindungi standar-standar tersebut. Jika tidak, dunia akan jatuh ke dalam kekacauan besar," ujar Barrack.
Pada Rabu, al-Sharaa menjadi pemimpin Suriah pertama dalam enam dekade terakhir yang berpidato di Sidang Umum PBB. Dalam pidato 10 menitnya, ia menyinggung kekejaman rezim Assad, menyerukan momentum bersejarah menuju stabilitas regional, serta memperingatkan potensi ketidakstabilan akibat langkah Israel.
Baca Juga: Raja Yordania Tolak Gagasan Israel Raya di Sidang Umum PBB
Ia juga menilai tindakan Israel bertentangan dengan dukungan internasional terhadap Suriah, seraya menegaskan komitmen Suriah untuk mencapai kesepakatan keamanan baru dengan Israel.
Sebelumnya, AS telah mencoba memediasi kesepakatan damai antara Suriah dan Israel, serupa dengan perjanjian gencatan senjata 1974 di era Assad. Namun setelah rezim Assad tumbang pada Desember, Israel bergerak ke wilayah selatan Suriah dan menciptakan zona penyangga di luar ketentuan perjanjian.
Al-Sharaa mendesak agar Israel mengembalikan seluruh tanah yang direbut sejak jatuhnya Assad dan meminta agar PBB berperan dalam memantau perjanjian baru. Seorang pejabat Israel menolak mengomentari pernyataan al-Sharaa, namun mengonfirmasi bahwa negosiasi dengan Suriah masih berlangsung.