Ntvnews.id, New York - Presiden Palestina Mahmoud Abbas menegaskan bahwa rakyat Palestina tidak akan pernah meninggalkan tanah kelahirannya. Ia menekankan penderitaan panjang yang dialami bangsanya tidak akan mampu mematahkan tekad mereka untuk terus hidup dan bertahan.
"Tidak peduli seberapa besar luka kita, dan tidak peduli berapa lama penderitaan ini berlangsung, hal itu tidak akan mematahkan keinginan kita untuk hidup dan bertahan hidup," ujar Abbas dalam pidatonya di Sidang Majelis Umum PBB, seperti dikutip dari Aljazeera, Jumat, 26 September 2025.
Abbas menambahkan bahwa rakyat Palestina akan tetap berjuang menjaga tanah mereka, sambil menegaskan bahwa bendera Palestina akan berkibar tinggi sebagai simbol kebebasan dari penjajahan.
"Fajar kebebasan akan muncul, dan bendera Palestina akan berkibar tinggi di langit kita sebagai simbol martabat, ketabahan dan bebas dari penjajahan. Palestina adalah milik kita. Yerusalem adalah permata hati kami dan ibu kota abadi kami. Kami tidak akan meninggalkan tanah air kami," tegasnya.
Baca Juga: Menlu Sugiono Tegaskan Masa Depan Gaza Harus Menjadi Hak Palestina
Ia menekankan kembali bahwa rakyat Palestina akan tetap berakar di tanahnya. "Kami tidak akan meninggalkan tanah kami. Rakyat kami akan tetap berakar seperti pohon zaitun. Sekuat batu, kami akan bangkit dari bawah reruntuhan untuk membangun kembali dan mengirimkan pesan-pesan harapan dan suara kebenaran dan keadilan serta membangun jembatan perdamaian yang adil bagi masyarakat di wilayah kami dan seluruh dunia," imbuh Abbas.
Dalam pidatonya, ia juga mengecam tindakan genosida yang dialami warga Gaza selama hampir dua tahun terakhir. Abbas menggambarkan bagaimana rakyat Gaza menghadapi kelaparan dan pengusiran paksa dari tanah mereka.
Baca Juga: Presiden Mahmoud Abbas: Palestina Tidak Dijual
"Saya berbicara kepada Anda hari ini setelah hampir dua tahun di mana rakyat Palestina di Jalur Gaza menghadapi perang genosida, kehancuran, kelaparan dan pengusiran," ungkapnya.
Abbas menuding genosida tersebut "dilancarkan oleh pasukan pendudukan Israel yang telah membunuh dan melukai lebih dari 220.000 warga Palestina, yang mayoritas adalah anak-anak, wanita dan orang tua yang tidak bersenjata."
Lebih lanjut, ia menegaskan: "Apa yang dilakukan Israel bukan sekadar agresi. Ini adalah kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang didokumentasikan dan dipantau, dan akan dicatat dalam buku-buku sejarah dan halaman-halaman hati nurani internasional sebagai salah satu bab tragedi kemanusiaan yang paling mengerikan di abad ke-20 dan ke-21."