Ntvnews.id, Jakarta - Setelah dua dekade beroperasi, maskapai berbiaya rendah Jetstar Asia resmi menutup seluruh layanan penerbangannya di Asia Tenggara. Dampak dari penghentian operasi ini cukup signifikan, dengan sekitar 500 karyawan terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).
Langkah penutupan ini merupakan bagian dari restrukturisasi yang dilakukan oleh Qantas Group, induk usaha Jetstar. Dalam rencana strategis tersebut, grup Qantas memilih untuk tetap mempertahankan dua unit lainnya, yakni Jetstar Airways yang berbasis di Australia dan Selandia Baru, serta Jetstar Japan yang beroperasi di Jepang.
Penerbangan terakhir Jetstar Asia dilakukan pada Kamis, 31 Juli 2025. Pesawat dengan nomor penerbangan 3K685 lepas landas dari Bandara Changi, Singapura, menuju Kuala Lumpur. Momen tersebut menjadi hari yang emosional bagi para staf dan kru maskapai, terutama mereka yang telah lama mengabdi.
"Saya masih tidak percaya ini hari terakhir saya di Jetstar Asia. Saya ingin meninggalkan kesan terbaik pada penerbangan terakhir saya, mungkin juga jadi akhir karier saya di udara," ujar Jocelyn Chow (61), pramugari senior yang telah bekerja selama 13 tahun di maskapai tersebut.
Di terminal keberangkatan Bandara Changi, sejumlah pegawai berkumpul untuk memberikan penghormatan terakhir kepada rekan-rekan mereka yang menjalankan penerbangan pamungkas. Suasana haru menyelimuti perpisahan ini.
Meski dilanda PHK besar-besaran, Jetstar Asia berupaya membantu para mantan karyawannya untuk memperoleh pekerjaan baru. CEO Jetstar Asia, John Simeone, menyampaikan bahwa lebih dari separuh dari 900 lamaran kerja yang diajukan oleh eks-karyawan telah membuahkan hasil.
"Sebagian telah direkrut di lounge Bandara Changi atau sektor pariwisata lainnya. Kami tetap optimistis semua staf akan mendapat tempat yang layak," kata Simeone, dikutip dari CNA pada Senin, 4 Agustus 2025.
Sejak didirikan, Jetstar Asia telah menjadi salah satu maskapai yang cukup aktif di jalur regional Asia Tenggara. Namun dengan berbagai tantangan industri pascapandemi dan penyesuaian bisnis Qantas Group, maskapai ini akhirnya harus menutup lembaran sejarahnya.