Ntvnews.id, Bangkok - Pemerintah Thailand telah menetapkan status darurat militer di delapan distrik yang berbatasan langsung dengan Kamboja. Kebijakan ini diambil menyusul meningkatnya konflik bersenjata antara kedua negara.
Dilansir dari AFP, Senin, 28 Juli 2025, Komandan Komando Pertahanan Perbatasan di provinsi Chanthaburi dan Trat, Apichart Sapprasert, menyampaikan bahwa "darurat militer kini diberlakukan" di tujuh distrik di Chanthaburi serta satu distrik di Trat.
Sementara itu, menurut laporan Al Jazeera, distrik-distrik yang berada di bawah status darurat militer tersebut meliputi Mueang Chanthaburi, Tha Mai, Makham, Laem Sing, Kaeng Hang Maew, Na Yai Am, dan Khao Khitchakut di Provinsi Chanthaburi, serta Khao Saming di Provinsi Trat.
Baca Juga: Perang dengan Thailand, Atlet-atlet Kamboja Terancam Ditolak di SEA Games 2025
Ketegangan di wilayah perbatasan antara Thailand dan Kamboja telah memasuki hari kedua. Konflik mulai memanas setelah sebuah ranjau darat meledak dan melukai personel militer Thailand pada Rabu, 23 Juli 2025
Pada hari berikutnya, Kamis, 24 Juli 2025, pertempuran berskala besar pecah. Bentrokan tersebut melibatkan peluncuran roket, serangan udara menggunakan jet tempur, tembakan artileri, gerakan tank, dan pengerahan pasukan infanteri oleh kedua belah pihak.
Militer Thailand mengungkapkan bahwa pertempuran sengit pada Kamis terpusat di enam titik, termasuk kawasan sekitar dua candi kuno yang terletak di wilayah perbatasan yang masih dipersengketakan.
Baca Juga: Adu Kekuatan Militer Thailand dan Kamboja, Siapa yang Paling Kuat?
Dalam serangan tersebut, pasukan Kamboja meluncurkan roket dan tembakan artileri ke dalam wilayah Thailand. Sebagai balasan, militer Thailand mengerahkan jet tempur F-16 untuk menggempur sasaran militer di dalam wilayah Kamboja.
Pihak berwenang Thailand menyebutkan sedikitnya 15 orang, mayoritas warga sipil, dilaporkan meninggal dunia akibat serangan yang dilancarkan oleh Kamboja.
Selain itu, lebih dari 130.000 warga di wilayah perbatasan Thailand terpaksa mengungsi demi menghindari konflik yang terus berkecamuk hingga Jumat, 25 Juli 2025. Kontak senjata antara militer kedua negara masih berlangsung di area yang menjadi sengketa tersebut.