Bahaya! Rabi Israel Utusan Trump Mau Ubah Kurikulum Pendidikan Indonesia

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 24 Des 2025, 08:53
thumbnail-author
Dedi
Penulis & Editor
Bagikan
Rabi Israel-Amerika Yehuda Kaploun dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump Rabi Israel-Amerika Yehuda Kaploun dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump (AP News)

Ntvnews.id, Jakarta - Penunjukan Rabi Israel-Amerika Yehuda Kaploun oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump sebagai Utusan Khusus untuk Memantau dan Memerangi Antisemitisme (SEAS) memunculkan kekhawatiran serius, khususnya bagi negara-negara Muslim, termasuk Indonesia.

Jabatan setingkat duta besar ini memberinya kewenangan luas dalam kebijakan luar negeri AS, dengan pendidikan sebagai target utama. Dalam konferensi pers Jerusalem Post, Kaploun secara terbuka menyebut Indonesia sebagai sasaran perubahan kurikulum.

“Intinya adalah pendidikan. Indonesia punya 350 juta Muslim hidup di negara mereka. Bagaimana kita akan mengubah buku pendidikan mereka?” kata dia.

“Bagaimana kita bisa menunjukkan bahwa orang-orang di Gaza yang seharusnya bertanggung jawab,” tambahnya.

Pernyataan tersebut menegaskan niat intervensi ideologis melalui pendidikan, dengan narasi konflik Palestina-Gaza sebagai titik tekan. Kaploun menyebut akan menggunakan perannya di Departemen Luar Negeri AS untuk memengaruhi pendidikan global, termasuk lewat platform daring, guna membentuk ulang sejarah dan kebenaran agar sejalan dengan kepentingan Israel.

Baca Juga: Menjelang Natal, MenPPPA Tinjau Fasilitas Ramah Perempuan dan Anak di Stasiun Senen

Ia juga menyatakan akan mendorong perubahan buku pelajaran yang didanai PBB dan menekan negara-negara agar mengikuti standar yang ditetapkan Amerika Serikat, dengan ancaman akuntabilitas bagi pihak yang menolak.

Kaploun dikukuhkan Senat AS pada Kamis pekan lalu setelah melalui pemungutan suara yang terbelah tajam, 53 mendukung dan 43 menolak. Seluruh dukungan datang dari Partai Republik, sementara Partai Demokrat menentang dengan alasan rekam jejak politik Kaploun yang dinilai terlalu partisan dan berpotensi merusak kredibilitas jabatan yang seharusnya bersifat bipartisan.

Meski menuai penolakan, Kaploun berulang kali menekankan pendidikan sebagai senjata utama. Dalam wawancara di The Jerusalem Post Washington Conference, ia menegaskan agenda tersebut.

"Saya ingin mengalihkan pembicaraan ke pro-Semitisme. Kita harus pro-Semit, dan kita perlu mendidik, mendidik, mendidik,” ujarnya.

Ia berjanji akan menelusuri materi pendidikan yang dianggap mengandung hasutan serta menuntut pertanggungjawaban badan internasional penerima dana AS.

Di luar pernyataan Kaploun, pemantauan terhadap kurikulum Indonesia telah lama dilakukan Israel melalui lembaga pemikir Inggris-Israel IMPACT-se. Laporan mereka pada 2023, yang disusun bersama Ruderman Family Foundation, menyebut kurikulum Indonesia mendorong toleransi dan hidup berdampingan, namun sekaligus menyoroti narasi tentang Israel.

Baca Juga: Bentrok di Lokasi PETI Ratatotok, Polisi Tetapkan Sembilan Tersangka

“Hal ini sangat menggembirakan, mengingat besarnya Indonesia dan pengaruhnya di Asia dan sekitarnya,” kata CEO IMPACT-se Marcus Sheff.

Namun, ia menilai narasi terkait Israel masih perlu “dikoreksi”.

“Kami percaya bahwa perspektif seimbang mengenai hubungan internasional yang sudah ada dalam buku teks adalah landasan yang kuat untuk mengatasi narasi yang tidak memuaskan mengenai Israel saat ini,” lanjutnya.

Jay Ruderman menyebut kurikulum Indonesia hanya memasukkan pendidikan Holocaust dalam konteks Kristen dan kurang memberi gambaran faktual tentang sejarah Israel.

“Penelitian ini memberikan secercah harapan mengenai kemungkinan hubungan antara Indonesia dan Israel di masa depan,” tutup dia.

x|close