Lebanon–Israel Gelar Pembicaraan Langsung Pertama dalam 40 Tahun

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 5 Des 2025, 10:15
thumbnail-author
Deddy Setiawan
Penulis
thumbnail-author
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Bendera Israel/ist Bendera Israel/ist

Ntvnews.id, Naqoura - Perwakilan sipil dari Lebanon dan Israel turut hadir dalam sesi komite pemantauan gencatan senjata yang diprakarsai Amerika Serikat (AS) di Naqoura, sebuah momentum yang menjadi dialog langsung pertama kedua negara dalam empat dekade terakhir.

Dilansir dari Al Jazeera, Jumat, 5 Desember 2025, Perdana Menteri Lebanon, Nawaf Salam menyampaikan bahwa Beirut bersedia ikut serta dalam pembahasan yang tidak hanya terbatas pada isu keamanan. Namun, ia menegaskan bahwa forum tersebut tidak dapat dianggap sebagai proses negosiasi damai.

Menurut Salam, pertemuan tersebut ditujukan semata-mata untuk menghentikan permusuhan, memastikan pembebasan sandera Lebanon, serta mendorong penarikan total Israel dari wilayah Lebanon.

Ia juga menekankan bahwa Lebanon tetap mendukung Inisiatif Perdamaian Arab 2022 yang menawarkan normalisasi penuh apabila Israel mundur dari seluruh wilayah yang didudukinya pada 1967, sekaligus menampik anggapan bahwa Beirut berupaya mencapai kesepakatan damai bilateral.

Baca Juga: Israel Serang Ibu Kota Lebanon

"Partisipasi utusan sipil dapat memabntu meredakan ketegangan dan mencatat, bahwa serangan udara mematikan Israel baru-baru ini adalah tanda jelas meningkatnya eskalasi," ujar Salam.

Komite tersebut berlangsung selama tiga jam di sepanjang Garis Biru, yang menjadi batas antara Lebanon dan Israel.

Pernyataan resmi setelah pertemuan itu menyambut hadirnya utusan sipil sebagai langkah penting untuk memperkuat proses dialog antara pihak sipil dan militer, dengan harapan dapat menjaga stabilitas di kawasan perbatasan yang kerap memanas.

Pertemuan ini digelar di tengah kekhawatiran akan potensi eskalasi baru, menyusul serangan udara Israel ke ibu kota Lebanon pada bulan lalu yang menargetkan anggota dan fasilitas Hezbollah. Meski gencatan senjata berlaku, Israel masih mempertahankan pasukan di lima wilayah selatan.

Juru Bicara Pemerintah Israel, Shosh Bedrosian, dalam konferensi pers daring, menyebut pertemuan tersebut sebagai perkembangan bersejarah. Ia mengatakan bahwa dialog langsung antara Israel dan Lebanon merupakan hasil dari upaya Netanyahu dalam mengubah dinamika Timur Tengah dan memanfaatkan peluang untuk menciptakan perdamaian dengan negara tetangga.

Lebanon vs Israel <b>(AFP)</b> Lebanon vs Israel (AFP)

Penunjukkan Simon Karam—seorang pengacara dan mantan duta besar untuk Washington pada awal 1990-an—sebagai perwakilan Lebanon memunculkan kritik dari sejumlah pihak politik dalam negeri yang menganggap keputusan itu sebagai sebuah konsesi. Namun, Salam membela penunjukkan tersebut dan memastikan bahwa langkah itu mendapat legitimasi politik serta dukungan nasional.

Ia juga menilai Netanyahu membesar-besarkan arti penunjukkan tersebut, dan sekali lagi menekankan bahwa Beirut tidak memasuki pembicaraan damai dengan Israel.

Salam menyebut bahwa Lebanon bersedia memperluas mandat komite, termasuk untuk memverifikasi klaim Israel mengenai upaya Hezbollah melakukan persenjataan kembali, serta memantau langkah tentara Lebanon dalam membongkar infrastruktur kelompok tersebut. Ketika ditanya terkait kemungkinan pengerahan pasukan Prancis atau AS di lapangan, Salam menjawab bahwa hal itu sangat mungkin dilakukan.

Hezbollah saat ini menghadapi tekanan politik dan diplomatik yang semakin intens terkait tuntutan pelucutan senjata, setelah kelompok tersebut meluncurkan serangan ke wilayah Israel sebagai bentuk dukungan terhadap Gaza. Israel dan AS mendorong agar kelompok itu menyerahkan senjatanya, namun Hezbollah menolak dan menyebut desakan tersebut sebagai bagian dari upaya AS-Israel untuk melemahkan Lebanon.

Baca Juga: Israel Lancarkan Serangan Udara di Lebanon Selatan, 4 Warga Tewas

Pemimpin Hezbollah, Naim Qassem, menegaskan bahwa mereka berhak membalas pembunuhan komandan militernya oleh Israel, dan tetap menolak membuka negosiasi apa pun dengan Israel, yang disebutnya sebagai jebakan. Salam mengatakan bahwa ia telah menerima pesan dari Israel yang mengisyaratkan potensi eskalasi tanpa kejelasan waktu, sementara para utusan yang datang ke Beirut menilai situasinya rawan dan bisa memburuk.

Ia kembali menegaskan bahwa Hezbollah perlu meletakkan senjatanya, dan menyatakan hal itu sebagai syarat penting agar kelompok tersebut dapat berperan dalam pembangunan negara. Ia berpendapat bahwa keberadaan senjata kelompok tersebut tidak mencegah ancaman Israel dan tidak memberikan perlindungan bagi Lebanon.

Salam menambahkan bahwa pemerintah kini kembali memegang kendali atas keputusan perang dan perdamaian. Ia menyatakan bahwa Lebanon tidak akan mengizinkan aksi-aksi yang dapat menyeret negara itu ke dalam konflik baru, dan menekankan perlunya mengambil pelajaran dari pengalaman mendukung Gaza.

x|close