Ntvnews.id, Beirut - Serangan udara yang dilakukan Israel di sebuah kamp pengungsi Palestina di Lebanon selatan pada Selasa, 18 November 2025, menewaskan 13 orang dan melukai sejumlah lainnya. Insiden ini menjadi serangan paling mematikan yang terjadi di Lebanon sejak gencatan senjata perang Israel–Hizbullah diberlakukan setahun sebelumnya.
Dilansir dari Al Ajazeera, Kamis, 20 November 2025, serangan pesawat tak berawak tersebut menghantam sebuah mobil di tempat parkir sebuah masjid di kamp pengungsi Ein el-Hilweh di pinggiran kota pesisir Sidon.
Serangan itu menimbulkan korban jiwa dalam jumlah besar, sementara tim medis bergegas mengevakuasi korban luka maupun tewas.
Baca Juga: Israel Tembaki Pasukan Perdamaian di Lebanon Selatan
Kementerian Kesehatan Lebanon mengonfirmasi total 13 korban tewas, meski tidak memberikan rincian tambahan mengenai identitas para korban. Sementara itu, para pejuang Hamas yang berada di area tersebut mencegah jurnalis mencapai lokasi, sehingga akses laporan independen menjadi terbatas.
Militer Israel membenarkan serangan tersebut dan menyatakan bahwa target mereka adalah sebuah kompleks pelatihan Hamas yang diyakini digunakan untuk “mempersiapkan serangan terhadap Israel dan tentaranya.” Israel menegaskan bahwa operasi semacam ini akan terus dilakukan “di mana pun kelompok itu beroperasi.”
Arsip foto - Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL). (ANTARA/Anadolu)
Namun, Hamas menolak klaim tersebut dan mengungkapkan bahwa serangan itu justru mengenai sebuah fasilitas olahraga, bukan kompleks latihan militer. Mereka mengecam tindakan Israel sebagai agresi langsung terhadap warga Palestina.
Serangan-serangan Israel di Lebanon dalam dua tahun terakhir telah menewaskan sejumlah tokoh penting dari Hizbullah dan faksi Palestina, termasuk Hamas. Di antaranya adalah Saleh Arouri, wakil ketua biro politik Hamas, yang tewas akibat serangan drone di Beirut selatan pada 2 Januari 2024.
Baca Juga: Suriah Bakal Normalisasi Hubungan dengan Israel, Jika...
Konflik yang memanas kembali sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan sekitar 1.200 orang di Israel, memicu operasi besar-besaran Israel di Gaza dan memicu rentetan bentrokan di kawasan perbatasan Lebanon. Hizbullah pun ikut melancarkan serangan balasan, yang berkembang menjadi perang besar pada akhir September 2024.
Perang tersebut mengakibatkan lebih dari 4.000 korban jiwa di Lebanon dan menghancurkan infrastruktur senilai sekitar USD11 miliar. Di Israel, 127 orang tewas. Gencatan senjata akhirnya dicapai pada November 2024 melalui mediasi Amerika Serikat.
Meski demikian, Israel terus melancarkan serangan udara sesekali di wilayah Lebanon, dengan alasan Hizbullah tengah berupaya membangun kembali kemampuan militernya. Kementerian Kesehatan Lebanon mencatat lebih dari 270 korban tewas dan sekitar 850 orang terluka akibat serangan-serangan Israel sejak gencatan senjata tersebut diberlakukan.
Anggota pasukan Israel terlihat selama operasi militer di Ramallah, Tepi Barat tengah, 16 September 2025. (ANTARA/Ayman Nobani/Xinhua.) (Antara)