Ntvnews.id, Jakarta - Direktur Kebijakan Teknologi Keamanan Siber dan Sandi Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Soetedjo Joewono, memaparkan ancaman serangan siber yang semakin meningkat tajam dalam beberapa tahun terakhir.
Dalam Seminar Superb Security Conference (SUSEC) 2025 di Jakarta, Rabu, 26 November 2025, ia menekankan bahwa perubahan pola ancaman global harus direspons serius melalui peralihan ke arsitektur keamanan modern, terutama konsep zero trust.Soetedjo mengungkapkan fakta kenaikan serangan dunia maya di kawasan Asia Pasifik berdasarkan laporan terbaru.
"Data terbaru ini menunjukkan betapa berbahayanya pergeseran ini, dimana menurut laporan global diindikasikan adanya peningkatan serangan cyber di Asia Pasifik hingga 300% sejak tahun 2023 dimana 45% diantaranya ini memanfaatkan teknologi AI. Data kerugian ekonomi akibat serangan cyber di kawasan ini menurut McKinsey di tahun 2025 ini mencapai USD 2,3 Triliun." jelasnya.
Baca Juga: Cegah Kejahatan Siber, Corsec BRI: Waspada Bila Ada Tautan Mencurigakan
Ia menjelaskan bahwa BSSN terus melakukan pemantauan ancaman melalui National Security Operations Center (NSOC) sebagai langkah deteksi dini. Jumlah anomali lalu lintas jaringan yang terdeteksi meningkat signifikan.
"Saat ini BSSN melalui National Security Operations Center NSOC terus melakukan monitoring sebagai upaya deteksi dini terhadap ancaman dan serangan cyber di Indonesia. Pada periode 2020 sampai 2025 dapat kami informasikan tercatat total aktivitas anomali traffic nasional sebesar 8,1 miliar. Sementara pada tahun 2025 saja ini sudah tercatat 4,3 miliar anomali traffic yang jumlahnya sama dengan agregat anomali traffic dalam 5 tahun yang terakhir." ungkapnya.
Direktur Kebijakan Teknologi Keamanan Siber dan Sandi Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Soetedjo Joewono (NTVnews.id)
Menurut Soetedjo, tahun 2025 menjadi periode paling krusial dengan intensitas serangan yang terjadi secara masif setiap detik.
"Jika kita hitung lebih rinci di tahun 2025 ini kita menghadapi 188 serangan atau anomali di setiap detiknya. Yang paling mengkhawatirkan adalah serangan berbasis identitas yang meningkat 32% dalam 6 bulan pertama di tahun 2025. Dengan lebih dari 97% merupakan upaya password attack massal yang sangat efektif berkat otomatisasi AI." jelasnya.
Mengutip Microsoft Digital Defense Report 2025, ia menilai bahwa model keamanan tradisional berbasis perimeter tidak lagi memadai karena penyerang kini mampu menyusup dan memanfaatkan akses internal tanpa terdeteksi.
"Ini berdasarkan Microsoft Digital Defense Report di tahun 2025. Dengan fakta dan data tersebut di atas, barangkali pendekatan keamanan tradisional dengan konsep castle and moat yang melarikan prinsip trust but verify akan menjadi kurang relevan. Dimana entitas di luar perimeter ini akan dianggap musuh, sementara yang di dalam perimeter adalah teman dan kita yakini keamanannya memang terjamin." Paparnya.
Baca Juga: Kemenko Kumham Imipas Resmi Bergabung dalam Tim Tanggap Insiden Siber
Ia menjelaskan bahwa serangan modern memanfaatkan kepercayaan sistem terhadap kredensial yang telah lolos verifikasi, sehingga penyerang dapat bergerak bebas di dalam jaringan.
"Namun di saat ada entitas yang berhasil masuk melewati parit atau barrier yang kita pasang, kemudian terverifikasi sebagai teman yang dapat dipercaya sehingga dia bisa mengakses sumber daya lainnya. Hal ini merupakan peluang bagi pihak musuh untuk masuk menyusup melalui phishing atau kredensial yang bocor dimana mereka dapat melakukan lateral movement bergerak ke seluruh jaringan tanpa terdeteksi karena kita percaya atau verified kepada mereka." jelasnya.
Oleh karena itu, Soetedjo menegaskan perlunya transformasi besar menuju sistem pertahanan digital berlapis yang tidak lagi bergantung pada kepercayaan default.
"Kondisi dan situasi inilah yang menjadi pertimbangan utama mengapa kita harus bergeser untuk menerapkan konsep zero trust sebagaimana yang ada di tema event ini." Pungkasnya.
Direktur Kebijakan Teknologi Keamanan Siber dan Sandi Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Soetedjo Joewono (NTVnews.id)