Ntvnews.id, Garut - Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga sekaligus Kepala BKKBN, Dr. Wihaji, S.Ag., M.Pd., melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Garut, Jawa Barat, pada Selasa, 11 November 2025. Dalam kunjungan tersebut, ia meninjau sejumlah program peningkatan kualitas keluarga di Kecamatan Caringin, termasuk Tamasya An Nisa.
Tamasya An Nisa merupakan taman asuh yang dikelola secara swadaya oleh masyarakat Desa Mekarmukti, Kecamatan Caringin. Tempat ini unik karena hanya memerlukan infak Rp500 per anak per hari, namun mampu menyediakan fasilitas belajar, bermain, dan pengasuhan bagi anak-anak dengan penuh kasih.
Di hadapan awak media, Menteri Wihaji mengaku terkesan dengan inisiatif warga tersebut. Ia mengatakan.
“Saya baru menemukan satu di Indonesia seperti ini. Infaknya cuma 500 perak per anak per hari, tapi anak-anak tetap bisa belajar, bermain, dan diasuh dengan penuh kasih," katanya.
Ia menilai, kehadiran Tamasya An Nisa menjadi bukti nyata bahwa semangat gotong royong masyarakat dapat berpadu dengan program pemerintah untuk membangun keluarga berkualitas.
“Ini yang kita sebut integrasi. Pemerintah pusat, daerah, masyarakat, dunia usaha, dan lembaga lain seperti Pertamina, PLN, dan BNI ikut bergerak bersama. Anak-anak petani dan pekerja tetap mendapatkan pola asuh yang baik walau orang tuanya bekerja,” jelasnya.
Baca Juga: Menteri Wihaji: Program MBG Telah Menjangkau 49 Persen Ibu Hamil dan Balita
Menurut Wihaji, Tamasya An Nisa merupakan bagian dari program nasional Taman Asuh Sayang Anak (Tamasya) yang kini sudah tersebar di lebih dari 3.000 titik di seluruh Indonesia.
Ia menambahkan, “Tapi yang di sini istimewa. Selain infaknya kecil, anak-anak juga mendapat MBG atau Makan Bersama Gratis. Ini bentuk kepedulian dan inovasi masyarakat desa.”
Ia menilai, model seperti Tamasya An Nisa bisa menjadi inspirasi bagi daerah lain untuk mengembangkan program serupa.
“Guru-gurunya luar biasa. Katanya mereka digaji ‘sajuta’, sabar, jujur, tawakal. Tapi justru dari keikhlasan itu lahir pendidikan yang penuh makna. Kami akan bantu menambah ruangannya karena jumlah anaknya sudah mencapai 56 orang,” ungkapnya.
Menutup kunjungannya, Wihaji menegaskan bahwa prioritas utama pemerintah saat ini adalah memperkuat ketahanan keluarga. Ia menyampaikan, “Saya diperintah Presiden untuk tidak banyak seminar, tapi turun langsung. Melihat, menyentuh, dan menyelesaikan masalah. Karena dari keluarga yang kuat, kita akan lahirkan generasi emas Indonesia.”
Baca Juga: BKKBN Gandeng Kemenkes Hingga Badan Gizi Nasional Tangani Kemiskinan Ekstrem dan Stunting
Pengelola Tamasya An Nisa, Bu Juju, menceritakan bahwa ide pendirian taman asuh ini berawal dari kebutuhan para ibu yang bekerja di ladang setiap hari.
Ia mengatakan, “Awalnya banyak ibu-ibu bingung, kalau ke sawah anaknya dibawa malah main di lumpur. Akhirnya anak-anak dititipin ke Bu Juju. Karena makin banyak yang nitip, dibentuklah tempat penitipan anak.”
Menurut Juju, meski disebut infak Rp500 per hari, tidak semua orang tua mampu memberikan jumlah tersebut.
“Kalau dimintai bayaran penuh, mungkin nggak akan jalan. Jadi konsepnya infak seikhlasnya saja. Dengan itu pun anak-anak sudah bisa dapat alat tulis, permainan edukatif, dan kegiatan belajar,” ujarnya.
Selain meninjau Tamasya An Nisa, Menteri Wihaji juga mengunjungi rumah warga yang masuk kategori Keluarga Risiko Stunting (KRS) di wilayah yang sama. Dalam kunjungan itu, ia menyerahkan bantuan berupa renovasi rumah, perbaikan fasilitas MCK, bantuan pengobatan, serta kepesertaan BPJS Kesehatan.
“Kami ingin memastikan bahwa setiap keluarga, terutama yang berisiko stunting, mendapat perhatian dan pendampingan langsung. Tidak hanya anaknya yang sehat, tapi juga ibunya bahagia dan lingkungannya mendukung," tutupnya.