Dulu Hidup Mampu, 2 Kakak-Adik di Kendal Terkulai Lemas 28 Hari Temani Ibunda yang Meninggal

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 5 Nov 2025, 11:38
thumbnail-author
Dedi
Penulis & Editor
Bagikan
Kakak Adik di Kendal Kelaparan Kakak Adik di Kendal Kelaparan (Instagram)

Ntvnews.id, Kendal - Putri Setia Gita Pratiwi (23) dan adiknya, Intan Ayu Sulistyowati (17), warga Dusun Songopuro, Desa Bebengan, Kecamatan Boja, Kendal, ditemukan dalam kondisi lemah setelah 28 hari tidak makan. Keduanya bahkan setia menemani jasad ibunda mereka, Setianingsih (51), yang telah meninggal.

Sebelum meninggal pada Senin, 13 Oktober 2025, Setianingsih sempat menitipkan pesan kepada kedua putrinya agar tidak keluar rumah. Pesan itu dimaksudkan agar mereka tidak merepotkan tetangga.

“Ibu tidak ingin merepotkan tetangga. Pesan itu, kami pegang. Saya dan adik, tidak memberi tahu tetangga,” kata Putri.

Mengikuti pesan sang ibu, Putri menutup rapat rumah. Selama 28 hari itu, mereka tidak keluar membeli makanan dan hanya mengonsumsi air sumur yang direbus.

Situasi tragis itu baru terungkap pada Sabtu, 1 November 2025, ketika tetangga mendobrak pintu rumah setelah mencium bau busuk. Saat itu, kakak beradik tersebut sudah sebulan penuh tidak makan. Putri juga menceritakan bahwa ayah mereka meninggal di Kalimantan pada 2017.

Baca Juga: Kronologi Kakak-Adik di Kendal Tak Makan Sebulan, Ditemukan Lemas di Samping Jenazah Ibu

Sejak itu, keluarga pindah ke Boja pada 2019 dan hidup secara tertutup, meski dikenal sebagai keluarga yang mampu. Kepada petugas, Putri mengaku mulai tidak makan sejak 4 Oktober 2025, ketika ibunya jatuh sakit.

Sebelumnya, kehidupan mereka masih bertahan dari uang pesangon ayah yang pernah bekerja di perkebunan sawit di Kalimantan. Hingga Senin, 3 November 2025, kedua kakak-adik itu masih dirawat di Rumah Sakit Muhammadiyah Boja, dengan kondisi tubuh yang lemah akibat kekurangan nutrisi.

Sementara itu, Kepala Desa Bebengan, Wastoni, mengenang Setianingsih sebagai sosok yang mudah bergaul dan aktif dalam kegiatan desa. Namun, beberapa waktu terakhir, perilaku keluarga itu mulai berubah.

“Kalau keluarga itu warga melihatnya sebagai orang mampu. Karena biasanya sebulan sekali beli bahan makanan satu becak dibawa ke rumah,” ujar Wastoni dalam keterangan resminya, dilansir pada Rabu, 5 November 2025 sore.

Baca Juga: Kisah Pilu Kakak-Adik di Kendal Tak Makan Sebulan, Ditemukan Lemas di Samping Jenazah Ibu

Namun beberapa hari kemudian, laporan warga muncul bahwa Setianingsih telah meninggal dunia dan jenazahnya mulai membusuk. Warga baru menyadari ada sesuatu yang salah ketika mencium aroma busuk dari dalam rumah dan melihat kerumunan lalat di dekat jendela kaca.

Pintu rumah yang terkunci dan diganjal kursi membuat warga harus mendobraknya. Setelah pintu dibuka perlahan, mereka menanyakan kepada Putri tentang kondisi ibunya.

“Ditanya sama warga, ibunya di mana. Terus dijawab itu didalam, tapi pas dilihat itu ibu Setianingsih sudah meninggal dan membusuk,” terang Wastoni.

Segera, Wastoni memanggil polisi dan warga untuk mengevakuasi jenazah Setianingsih. Kedua putrinya kemudian dibawa ke rumah sakit, dalam kondisi tubuh yang sangat lemah karena kekurangan nutrisi.

Kisah ini menggambarkan keluarga yang semenjak hidup mampu, kini menghadapi duka yang mendalam dan kondisi keterasingan, di mana kepatuhan pada pesan terakhir sang ibu menempatkan mereka dalam situasi yang kritis.

x|close