4 Fakta Radio Malaysia Salah Sebut Nama Presiden Prabowo Jadi Jokowi

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 27 Okt 2025, 08:58
thumbnail-author
Dedi
Penulis & Editor
Bagikan
Prabowo hadiri KTT ASEAN 2025 Prabowo hadiri KTT ASEAN 2025 (YouTube )

Ntvnews.id, Malaysia - Kesalahan penyebutan nama Presiden Indonesia oleh lembaga penyiaran publik Malaysia menjadi sorotan besar dalam gelaran Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-47 di Kuala Lumpur. Berikut rangkuman empat fakta lengkap di balik insiden yang membuat Radio Televisyen Malaysia (RTM) harus menyampaikan permintaan maaf resmi.

1. Kesalahan Penyebutan di Tengah Siaran Langsung KTT ASEAN

RTM menjadi pusat perhatian setelah terjadi kekeliruan dalam siaran langsung penyambutan para kepala negara ASEAN di Pusat Konvensyen Kuala Lumpur (KLCC), pada 26–27 Oktober 2025.

Dalam sesi tersebut, setiap pemimpin negara dipanggil satu per satu untuk disambut oleh Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim. Namun, saat giliran Indonesia tiba sekitar pukul 09.00 waktu setempat, komentator RTM justru menyebutkan nama yang salah.

Dalam tayangan langsung terdengar jelas seruan, “Yang terhormat Presiden Indonesia Joko Widodo.” Padahal, masa jabatan Joko Widodo telah berakhir pada Oktober 2024, sementara Prabowo Subianto telah resmi menjabat sebagai Presiden ke-8 Republik Indonesia sejak 20 Oktober 2025.

Momen itu terekam jelas di tengah tepuk tangan penonton. Presiden Prabowo tetap terlihat tenang, ia turun dari kendaraan, bersalaman dengan Anwar Ibrahim, dan berbincang ringan sebelum memasuki ruang pertemuan.

Baca Juga: Prabowo: ASEAN–Jepang Adalah Jangkar Perdamaian dan Stabilitas Indo-Pasifik

2. Viral di Media Sosial: “Efek Jokowi Masih Melekat”

Rekaman singkat dari siaran tersebut dengan cepat menyebar di berbagai platform seperti X (Twitter) dan TikTok. Warganet dari Indonesia maupun Malaysia ramai menanggapi dengan berbagai komentar bernada humor.

Beberapa netizen menyebut kejadian itu sebagai efek Jokowi yang masih melekat, sementara yang lain berkomentar bahwa hal tersebut mungkin akibat transisi kepresidenan yang terlalu cepat untuk diingat.

Meski berlangsung singkat, insiden tersebut langsung menjadi bahan perbincangan hangat di dunia maya dan menarik perhatian media di kedua negara.

3. RTM Akui Kesalahan dan Minta Maaf Secara Resmi

Setelah videonya viral, RTM segera mengeluarkan pernyataan resmi pada Minggu, 26 Oktober 2025 melalui akun media sosial mereka. Dalam keterangan tertulis, lembaga penyiaran itu mengakui adanya kekeliruan dalam penyebutan nama Presiden Indonesia.

“Berdasarkan investigasi internal, terdapat kesalahan dari komentator siaran yang menyebut Presiden Indonesia sebagai Joko Widodo, padahal Presiden Indonesia saat ini adalah Prabowo Subianto,” tulis RTM dalam pernyataan resminya.

Mereka juga menegaskan penyesalan atas kejadian tersebut dan meminta maaf kepada seluruh pihak yang terdampak.

“RTM dengan ini menyampaikan permohonan maaf kepada Presiden dan pemerintah Indonesia, serta seluruh pihak yang terdampak atas kesalahan ini,” lanjut pernyataan itu.

Baca Juga: Prabowo: Persatuan dan Sentralitas ASEAN Kunci Stabilitas Kawasan

4. Evaluasi Internal dan Penguatan Kontrol Editorial

Selain meminta maaf, RTM juga mengumumkan langkah korektif untuk mencegah insiden serupa. Lembaga tersebut melakukan evaluasi internal dan memperkuat sistem pengawasan siaran serta verifikasi fakta.

Berikut isi lengkap pernyataan resmi RTM:

Jabatan Penyiaran Malaysia memohon maaf atas kesilapan yang berlaku dalam siaran langsung RTM sempena Sidang Kemuncak ASEAN Ke-47 dan sidang-sidang berkaitan di Pusat Konvensyen Kuala Lumpur (KLCC).

Berdasarkan siasatan dalaman, terdapat kesilapan oleh pengulas siaran yang telah menyebut nama Presiden Republik Indonesia sebagai Joko Widodo, sedangkan Presiden Republik Indonesia yang terkini ialah Prabowo Subianto.

Pihak RTM memandang serius perkara ini dan tindakan sewajarnya telah diambil. RTM dengan ini memohon maaf kepada Presiden dan Kerajaan Republik Indonesia, serta semua pihak yang terkesan akibat kesilapan ini.

RTM juga akan terus meningkatkan kawalan editorial dan semakan fakta bagi memastikan setiap maklumat yang disampaikan adalah tepat serta berintegriti.

Dengan langkah tersebut, RTM berharap kepercayaan publik tetap terjaga dan insiden serupa tidak terulang dalam siaran internasional berikutnya.

x|close