Ntvnews.id, Beijing - Kementerian Luar Negeri China menegaskan bahwa dialog dan negosiasi merupakan satu-satunya cara untuk menyelesaikan konflik di Ukraina, meskipun Presiden Amerika Serikat Donald Trump menilai Presiden Xi Jinping memiliki pengaruh besar terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin.
"Dialog dan negosiasi adalah satu-satunya jalan keluar yang layak dari krisis Ukraina. Paksaan dan tekanan tidak akan memberikan solusi," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, dalam konferensi pers di Beijing, sebagaimana dikutip dari Xinhua, Jumat, 24 Oktober 2024.
Sebelumnya, Trump menyatakan keyakinannya bahwa Presiden Xi dapat berperan penting dalam membujuk Putin agar mengakhiri perang di Ukraina.
"Ya, saya yakin. Saya pikir dia bisa memiliki pengaruh besar terhadap Putin dan tentu saja kita akan membicarakan soal Rusia-Ukraina,” ujar Trump kepada wartawan di Washington, Rabu. 22 Oktober 2025, saat ditanya apakah Xi bisa meyakinkan Putin untuk menghentikan perang.
Guo Jiakun juga menyesalkan langkah Uni Eropa (UE) yang menjatuhkan sanksi terhadap sejumlah perusahaan di berbagai negara, termasuk 12 perusahaan asal China dan tiga dari India, yang dituduh membantu Rusia menghindari sanksi Barat melalui transfer teknologi, terutama dalam produksi "drone".
"China sangat menyesalkan dan dengan tegas menolak sanksi sepihak ilegal Uni Eropa yang berulang kali dijatuhkan terhadap perusahaan-perusahaan China terkait Rusia. China telah mengajukan protes kepada pihak Uni Eropa," tegas Guo.
Baca Juga: Mentrans Bidik Kerja Sama Sister Province antara Daerah Transmigrasi Indonesia dan China
Ia menegaskan bahwa China bukan pihak yang menciptakan krisis Ukraina dan tidak terlibat dalam konflik tersebut.
"China berkomitmen untuk mendorong perundingan perdamaian. Kami tidak pernah menyediakan senjata mematikan kepada pihak mana pun yang berkonflik, dan secara ketat mengontrol ekspor barang-barang dengan fungsi ganda," ungkapnya.
Guo juga menuding bahwa sebagian besar negara Barat, termasuk anggota Uni Eropa dan Amerika Serikat, justru tetap melakukan perdagangan dengan Rusia.
"UE tidak dalam posisi untuk menyalahkan pertukaran dan kerja sama normal antara perusahaan China dan Rusia. Kami mendesak UE untuk berhenti mengarahkan masalah ini kepada China dan merugikan kepentingan China," ujarnya.
Menurut Guo, tindakan UE itu tidak kondusif bagi hubungan bilateral yang sehat antara China dan Uni Eropa. Ia menegaskan bahwa Beijing akan mengambil langkah yang diperlukan untuk melindungi kepentingannya.
Guo juga menanggapi langkah AS yang menjatuhkan sanksi terhadap dua perusahaan besar Rusia, yakni "Open Joint Stock Company Rosneft Oil Company" (Rosneft) dan "Lukoil OAO" (Lukoil).
Baca Juga: Dubes China: Proyek Whoosh Berskala Besar, Restrukturisasi Utang Dinilai Langkah Wajar
"China menentang sanksi sepihak yang tidak berdasar pada hukum internasional atau otorisasi Dewan Keamanan PBB," katanya.
AS diketahui menjatuhkan sanksi kepada Rosneft dan Lukoil beserta anak perusahaannya. Rosneft merupakan perusahaan energi terintegrasi yang bergerak di bidang eksplorasi, produksi, pemurnian, hingga distribusi minyak dan gas, sementara Lukoil juga beroperasi dalam sektor serupa di Rusia dan negara lainnya.
Sementara itu, Trump dijadwalkan bertemu dengan Presiden Xi Jinping dalam Konferensi Tingkat Tinggi Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) yang akan digelar pada 31 Oktober–1 November 2025 di Korea Selatan.
"Di Korea Selatan, saya akan bertemu dengan Presiden Xi dari China. Kita bisa menyelesaikan banyak pertanyaan, keraguan, dan aset luar biasa yang kita miliki bersama," ujarnya.
Trump menggambarkan hubungannya dengan Xi sebagai "sangat baik" dan mengatakan bahwa pertemuan mereka akan berlangsung "cukup lama".
Dalam pernyataannya, Trump juga mengumumkan pembatalan pertemuan tingkat tinggi dengan Presiden Putin.
"Kami membatalkan pertemuan dengan Presiden Putin, rasanya tidak tepat bagi saya. Rasanya seperti kami tidak akan sampai pada titik yang harus kami dicapai. Jadi saya membatalkannya, tapi kami akan melakukannya di masa depan," tambahnya.
Trump turut menyampaikan rasa frustrasinya terhadap stagnasi dalam pembicaraan dengan Putin.
"Jika bicara jujur, satu-satunya yang bisa saya katakan adalah, setiap kali saya berbicara dengan Vladimir, saya punya percakapan yang baik, tapi setelah itu tidak ada kemajuan. Benar-benar tidak membuahkan hasil," ucapnya.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Guo Jiakun dalam konferensi pers di Beijing, China, Selasa (21/1/2025). (Antara)