Kementerian PPPA Fokus Temukan Akar Masalah Kekerasan Perempuan dan Anak

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 22 Okt 2025, 17:01
thumbnail-author
Naurah Faticha
Penulis
thumbnail-author
Dedi
Editor
Bagikan
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Fauzi (tengah) saat memberikan keterangan di Cirebon, Jawa Barat, Rabu, 22 Oktober 2025. ANTARA/Fathnur Rohman Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Fauzi (tengah) saat memberikan keterangan di Cirebon, Jawa Barat, Rabu, 22 Oktober 2025. ANTARA/Fathnur Rohman (Antara)

Ntvnews.id, Cirebon – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Fauzi menyampaikan bahwa pihaknya kini tengah memetakan faktor utama penyebab masih tingginya angka kekerasan terhadap perempuan dan anak di Indonesia.

Menurut Arifah, pemetaan ini menjadi pekerjaan rumah besar bagi Kementerian PPPA untuk menemukan akar persoalan sebelum menentukan strategi intervensi yang tepat dan efektif di lapangan.

“Kami sedang melakukan analisa internal, ada lima hal yang menjadi faktor penyebab utama kekerasan terhadap perempuan dan anak,” katanya di Cirebon, Jawa Barat, Rabu, 22 Oktober 2025.

Ia menjelaskan, lima faktor tersebut meliputi kondisi ekonomi keluarga, pola asuh yang tidak tepat, penggunaan gawai dan media sosial, lingkungan sosial yang tidak aman, serta pernikahan usia anak.

Baca Juga: Wamen Veronica Tan: Call Center 129 Terima Banyak Pengaduan Kekerasan Perempuan

Selain faktor-faktor itu, Arifah menilai masih ada banyak penyebab lain yang saling berkaitan dan memerlukan perhatian lintas sektor agar penanganannya tidak bersifat parsial. Karena itu, Kementerian PPPA kini memperluas kolaborasi dengan berbagai kementerian, lembaga, serta masyarakat untuk memperkuat upaya pencegahan.

“Ayo kita selesaikan bersama-sama. Intinya adalah penguatan keluarga, dan keluarga itu dimulai dari perempuan. Kalau perempuannya kuat, keluarganya juga akan lebih kuat,” ujarnya.

Arifah mengakui bahwa angka kekerasan terhadap perempuan dan anak yang dilaporkan masih tergolong tinggi. Berdasarkan data Kementerian PPPA, sepanjang Januari hingga Juni 2025 tercatat 11.835 laporan kasus, sedangkan dari Juni hingga Oktober meningkat menjadi sekitar 24 ribu kasus.

“Sedangkan dari Juni sampai Oktober sudah mencapai sekitar 24 ribu kasus. Jadi dalam tiga bulan terakhir saja ada sekitar 12 ribu kasus,” katanya.

Baca Juga: Menteri PPPA Arifah Fauzi Tegaskan Kasus Kekerasan Seksual Anak di Ambon Tak Bisa Didamaikan

Kondisi tersebut, lanjut Arifah, menjadi perhatian serius pemerintah karena mencerminkan dinamika sosial dan ekonomi yang turut memperburuk perlindungan terhadap perempuan dan anak. Ia menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah pusat, daerah, dan masyarakat untuk memperkuat sistem pencegahan dan pendampingan korban.

“Yang penting kita jaga anak-anak kita, kita jaga perempuan-perempuan kita, dan kita jaga keluarga kita. Semua pihak harus bergandengan tangan,” ujarnya.

Lebih lanjut, Arifah menegaskan bahwa target utama pemerintah bukan sekadar menurunkan angka kekerasan secara statistik, tetapi menciptakan kondisi sosial di mana kekerasan terhadap perempuan dan anak tidak lagi terjadi.

“Kalau bisa, tidak ada lagi kekerasan baik terhadap perempuan maupun anak. Itu yang menjadi cita-cita kami bersama,” ucapnya.

(Sumber: Antara)

x|close