AS Lakukan Serangan Udara ke Kapal di Lepas Pantai Venezuela, Enam Tewas

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 15 Okt 2025, 07:10
thumbnail-author
Deddy Setiawan
Penulis
thumbnail-author
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Gedung Capitol Hill, Washington DC, Amerika Serikat. Gedung Capitol Hill, Washington DC, Amerika Serikat. (ANTARA)

Ntvnews.id, Washington D.C - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan bahwa negaranya kembali melancarkan serangan udara terhadap sebuah kapal di lepas pantai Venezuela, yang ia tuduh mengangkut narkoba. Dalam unggahan di media sosial pada Selasa, Trump menyebut enam orang tewas dalam pengeboman terbaru tersebut.

"Di bawah Otoritas Tetap saya sebagai Panglima Tertinggi, pagi ini, Menteri Perang, memerintahkan serangan kinetik mematikan terhadap sebuah kapal yang berafiliasi dengan Organisasi Teroris Tertunjuk (DTO)," tulis Trump, sebagaimana dikutip dari Al Jazeera, Rabu, 15 Oktober 2025.

"Serangan itu dilakukan di Perairan Internasional, dan enam pria narkoteroris di atas kapal tewas dalam serangan itu. Tidak ada pasukan AS yang terluka," tambahnya.

Meski demikian, Trump tidak menyertakan bukti yang dapat mendukung tuduhannya bahwa kapal tersebut “melakukan perdagangan narkoba.”

Seperti dalam beberapa serangan sebelumnya, ia membagikan video pengeboman yang memperlihatkan perahu kecil tampak hanyut di laut sebelum dihantam rudal AS.

Baca Juga: Yusril: Hambali Akan Diadili di Amerika pada November 2025

Serangan ini menjadi pengeboman kelima AS di Laut Karibia dalam satu setengah bulan terakhir. Para pengamat dan kelompok hak asasi manusia menilai tindakan ini melanggar hukum internasional, sebab pengedar narkoba tidak dapat dikategorikan sebagai kombatan bersenjata.

Serangan-serangan sebelumnya telah menewaskan puluhan orang: 11 korban jiwa pada 2 September, tiga orang pada 15 dan 19 September, serta empat korban pada 3 Oktober. Dengan insiden terbaru ini, jumlah korban tewas mencapai 27 orang.

Trump dan para pejabatnya berulang kali menyatakan bahwa operasi tersebut dilakukan untuk mencegah “teroris narkotika” mencapai wilayah AS dengan membawa kargo berbahaya. Namun, identitas para korban dan isi kapal masih belum jelas hingga kini.

Para kritikus menilai serangan tersebut sebagai bentuk perluasan kekuasaan eksekutif Trump tanpa batasan hukum yang memadai, baik di dalam maupun luar negeri.

Baca Juga: Jay, Pria di India Viral Usai Kena Semprit Petugas Pembuat Visa Amerika

Sebelumnya, pemerintahan Trump telah menetapkan kebijakan baru yang menyatakan AS sedang berkonflik bersenjata non-internasional dengan kartel narkoba, yang disebut sebagai “pejuang yang melanggar hukum.” Bahkan, laporan pada Agustus menyebut Trump menandatangani perintah rahasia yang mengizinkan serangan militer terhadap jaringan perdagangan narkoba.

Langkah ini merupakan bagian dari kampanye panjang pemerintahan Trump untuk mengategorikan perdagangan narkoba sebagai tindakan permusuhan asing. Sejak Februari, pemerintah AS juga berupaya menetapkan kelompok kriminal dan kartel narkoba sebagai “organisasi teroris asing” (FTO), sebuah kebijakan yang menurut lembaga HAM dapat membuka jalan bagi operasi militer AS lintas negara.

Sementara itu, Senat AS pekan lalu menolak rancangan undang-undang yang diajukan oleh sejumlah senator Demokrat yang ingin membatasi kewenangan presiden dalam memerintahkan serangan militer terhadap kapal perdagangan narkoba tanpa persetujuan Kongres.

x|close