Erdogan Tegaskan Gencatan Senjata Gaza Bukan Solusi Akhir bagi Palestina

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 15 Okt 2025, 05:24
thumbnail-author
Deddy Setiawan
Penulis
thumbnail-author
Beno Junianto
Editor
Bagikan
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berbicara pada pembukaan Forum Diplomasi Antalya keempat di Antalya, Türkiye pada 11 April 2025. ANTARA/Xinhua/Mustafa Kaya Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berbicara pada pembukaan Forum Diplomasi Antalya keempat di Antalya, Türkiye pada 11 April 2025. ANTARA/Xinhua/Mustafa Kaya (Antara)

Ntvnews.id, Ankara - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menegaskan bahwa kesepakatan gencatan senjata di Gaza yang ditandatangani di Mesir belum menjadi jawaban akhir atas persoalan yang dihadapi rakyat Palestina.

“Akan keliru jika menganggap kesepakatan ini sebagai dokumen yang dapat menyelesaikan masalah Palestina. Sebenarnya, ini hanyalah gencatan senjata,” kata Erdogan, sebagaiman dikutip dari Anadolu, Rabu, 15 Oktober 2025.

Lebih lanjut, ia menekankan bahwa solusi yang sesungguhnya bagi konflik tersebut hanya bisa dicapai dengan pembentukan negara Palestina yang berdaulat dan merdeka.

“Menurut kami, satu-satunya solusi untuk masalah Palestina adalah pembentukan negara Palestina yang merdeka, berdaulat, dan terintegrasi secara geografis dalam batas-batas 1967 dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya,” sambungnya.

Baca Juga: Erdogan Desak Dunia Bertindak Selamatkan Warga Gaza Sebelum Musim Dingin

Erdogan menjadi salah satu pemimpin dunia yang menandatangani kesepakatan gencatan senjata bersama Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Presiden Mesir Abdel Fattah Sisi, dan Emir Qatar Tamim bin Hamad Al-Thani dalam pertemuan puncak di Mesir pada Senin, 13 Oktober 2025.

Dalam keterangannya, Erdogan menilai pentingnya implementasi penuh atas kesepakatan tersebut dan menuntut Amerika Serikat untuk terus memberi tekanan kepada Israel agar mematuhi seluruh ketentuan yang telah disepakati. Menurutnya, pertukaran sandera dan tahanan merupakan langkah penting dalam memastikan perjanjian itu benar-benar berjalan.

Erdogan juga menegaskan bahwa Turki akan tetap berkomitmen untuk memperjuangkan solusi dua negara demi perdamaian jangka panjang di kawasan.

“Pertama-tama, perlu memastikan terpenuhinya janji-janji yang dibuat oleh pemerintah Israel. Bagaimanapun, reputasi Israel dalam masalah ini sangat buruk. Saya percaya para aktor berpengaruh, terutama AS, akan terus mengambil langkah-langkah yang diperlukan ke arah ini,” tambah Erdogan.

Baca Juga: Asphija Desak DPRD DKI Cabut Aturan Larangan Merokok di Tempat Hiburan

Sementara itu, sebagai bagian dari kesepakatan tersebut, pada Senin, 13 Oktober 2025, gerakan Hamas membebaskan 20 sandera terakhir yang ditahan sejak 7 Oktober 2023. Sebagai imbalannya, pihak Israel membebaskan 1.718 tahanan Palestina yang ditahan di Gaza serta 250 tahanan lainnya di Tepi Barat, Yerusalem, dan luar negeri.

Rencana perdamaian Gaza berisi 20 poin yang digagas oleh Presiden Donald Trump diumumkan pada 29 September. Rencana itu menyerukan gencatan senjata segera dengan syarat pembebasan sandera dalam waktu 72 jam.

Selain itu, dokumen tersebut juga mengusulkan agar Hamas maupun kelompok bersenjata Palestina lainnya tidak terlibat dalam pemerintahan Gaza, melainkan menyerahkan pengelolaan wilayah itu kepada komite teknokratis di bawah pengawasan badan internasional yang dipimpin oleh Trump.

x|close