Ntvnews.id, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DKI Jakarta melaporkan bahwa ibu kota mengalami inflasi bulanan sebesar 0,13 persen pada September 2025 dibandingkan bulan sebelumnya. Faktor utama pendorongnya berasal dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau.
"Dari 11 kelompok pengeluaran, inflasi banyak disebabkan oleh komoditas-komoditas kelompok yang pertama, yaitu makanan, minuman, dan tembakau yang memberikan andil 0,06 persen," kata Kepala BPS DKI Jakarta, Nurul Hasanudin, di Jakarta, Rabu, 1 Oktober 2025.
Ia menuturkan bahwa kelompok makanan, minuman, dan tembakau secara konsisten mengalami inflasi setiap September dalam empat tahun terakhir.
Baca Juga: Pemprov DKI Bangun Ruang Terbuka Hijau di 93 Lokasi Jakarta
"Makanan minuman sangat berkaitan dengan pola musiman. Itu yang juga memberikan pengaruh terhadap demand dan supply (permintaan dan penawaran) komoditas-komoditas yang membentuk kelompok makanan dan minuman," ujar Hasanudin.
Beberapa komoditas yang mendorong inflasi pada kelompok tersebut antara lain daging ayam ras dengan inflasi 10,62 persen, cabai merah 8,24 persen, beras 0,05 persen, serta minyak goreng 0,01 persen.
Selain kelompok makanan, minuman, dan tembakau, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya juga mencatat andil terhadap inflasi sebesar 0,05 persen, disusul transportasi dengan 0,01 persen pada September 2025.
Baca Juga: Pramono: Jakarta Kota Inklusif dan Berkelanjutan, Terus Berupaya Meningkatkan Capaian Air Bersih
Lebih jauh, Hasanudin menyampaikan bahwa tingkat inflasi Jakarta sebesar 0,13 persen masih tergolong terkendali bila dibandingkan dengan inflasi nasional yang mencapai 0,21 persen.
"Di Jakarta lebih terkendali, terkait dengan dinamika perkembangan harga pada bulan September lalu," ungkap Hasanudin.
(Sumber: Antara)