BGN Bentuk Dua Tim Investigasi Tangani Kasus Keracunan Program MBG

NTVNews - Berita Hari Ini, Terbaru dan Viral - 27 Sep 2025, 00:05
thumbnail-author
Satria Angkasa
Penulis
thumbnail-author
Tasya Paramitha
Editor
Bagikan
Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Nanik S. Deyang memberikan keterangan kepada wartawan di Kantor Badan Gizi Nasional (BGN) di Jakarta, Jumat 26 September 2025. ANTARA FOTO/Galih Pradipta/aa. Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Nanik S. Deyang memberikan keterangan kepada wartawan di Kantor Badan Gizi Nasional (BGN) di Jakarta, Jumat 26 September 2025. ANTARA FOTO/Galih Pradipta/aa. (Antara)

Ntvnews.id, Jakarta - Badan Gizi Nasional (BGN) membentuk dua tim investigasi untuk menelusuri kasus keracunan yang terjadi dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG). Tim tersebut terdiri dari gabungan Polri dan Badan Intelijen Nasional (BIN), serta tim independen yang melibatkan para pakar lintas disiplin.

Wakil Kepala BGN, Nanik S. Deyang, menjelaskan bahwa tim gabungan melibatkan Deputi Pemantauan dan Pengawasan (Tauwas) BGN bersama BIN, Kepolisian, Dinas Kesehatan, BPOM, dan pemerintah daerah setempat. Mereka bertugas menyelidiki faktor penyebab keracunan di sejumlah dapur MBG.

“Tim investigasi ini ada dua. Dari internal, melalui Deputi Tauwas yang bekerja sama dengan BIN, Polri, Dinkes, BPOM, dan pemda. Selain itu, kami juga membentuk tim independen yang berisi para ahli untuk mendalami kasus ini,” ujar Nanik dalam konferensi pers di Kantor BGN, Jumat, 26 September 2025.

Ia menekankan bahwa penyelidikan tidak hanya berfokus pada pelanggaran standar operasional prosedur (SOP), tetapi juga meninjau kemungkinan faktor lain. “Apapun harus dilihat dari berbagai sisi. SOP sudah kami perbaiki, tapi kami juga minta BIN dan Polri turun langsung,” tambahnya.

Baca Juga: BGN Hentikan Sementara Operasional SPPG Selama 14 Hari Buntut Keracunan Massal

Tim independen yang dibentuk melibatkan pakar kimia, farmasi, kuliner, hingga kesehatan masyarakat. Mereka ditugaskan untuk meneliti lebih jauh penyebab 70 kasus keracunan MBG yang terjadi sejak Januari hingga September 2025.

Meski begitu, Nanik menyebut tidak semua hasil investigasi akan dipublikasikan secara terbuka. “Kalau yang menyangkut masyarakat tentu kami buka, misalnya karena salah SOP. Tapi kalau yang sifatnya politis, tidak perlu diumumkan agar tidak menimbulkan kegaduhan,” jelasnya.

BGN mencatat sepanjang Januari–September 2025 terjadi 70 kasus keracunan MBG dengan 5.914 penerima terdampak. Rinciannya, sembilan kasus di wilayah Sumatera (1.307 korban), 41 kasus di Pulau Jawa (3.610 korban), serta 20 kasus di Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua, Bali, dan Nusa Tenggara (997 korban).

Beberapa bakteri penyebab keracunan yang ditemukan di antaranya E. Coli pada air, nasi, tahu, dan ayam; Staphylococcus Aureus pada tempe dan bakso; Salmonella pada ayam, telur, dan sayur; Bacillus Cereus pada menu mie; serta bakteri Coliform, Klebsiella, Proteus, dan PB dari air yang terkontaminasi.

 

(Sumber : Antara)

x|close