Ntvnews.id, Gaza - Jumlah korban meninggal akibat malnutrisi di Jalur Gaza terus meningkat seiring blokade Israel yang masih berlangsung. Kementerian Kesehatan Gaza, melaporkan total korban jiwa kini mencapai 404 orang, termasuk 141 anak.
"Dalam 24 jam terakhir Kementerian Kesehatan Gaza telah mencatat lima kematian akibat kelaparan dan malnutrisi, salah satunya adalah anak-anak. Dengan demikian, total korban jiwa menjadi 404, termasuk 141 anak," demikian pernyataan tersebut dikutip dari Al Arabiya, Kamis, 11 September 2025.
Sepanjang Agustus 2025, tercatat 185 orang meninggal akibat kelaparan di Gaza angka bulanan tertinggi sejak pengepungan diperketat oleh Zionis Israel pada Maret lalu.
Otoritas setempat menyebut lebih dari 43.000 balita serta 55.000 ibu hamil dan menyusui kini mengalami malnutrisi. Pada 22 Agustus, Program Pangan Dunia PBB (WFP) bahkan mengonfirmasi status bencana kelaparan di Jalur Gaza, yang untuk pertama kalinya diakui sejak konflik pecah pada 2023.
Baca Juga: Kapal Misi Freedom Flotilla ke Gaza Diserang Drone, Aktivis Sebut Aksi Terencana
Menurut sistem Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu (IPC) PBB, terdapat lima tingkat malnutrisi, dengan fase 3 hingga 5 dikategorikan sebagai krisis pangan akut. Analisis terbaru menunjukkan kondisi di Gaza sudah cukup untuk masuk ke fase kelaparan paling ekstrem.
WFP memperkirakan bahwa pada akhir September, lebih dari 640.000 warga Palestina akan menghadapi tingkat kerawanan pangan bencana yang diklasifikasikan sebagai Fase 5.
Baca Juga: Mesir Kecam Israel Karena Abaikan Gencatan Senjata dan Kekeuh Perluas Serangan di Gaza
Situasi kemanusiaan di Gaza makin memburuk setelah Israel menolak bekerja sama dengan Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), lembaga yang selama puluhan tahun menjadi penyalur bantuan utama bagi warga Palestina. Ratusan pusat distribusi UNRWA ditutup, digantikan dengan empat pusat distribusi baru yang dikelola Dana Kemanusiaan Gaza dengan dukungan AS dan Israel.
Otoritas Gaza juga menegaskan, pasukan Israel kerap menembaki warga Palestina yang sedang mengantre untuk mendapatkan bantuan kemanusiaan, memperburuk penderitaan masyarakat yang sudah kelaparan.